Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, gempa susulan tersebut memiliki kekuatan yang bervariasi, tetapi tidak melebihi kekuatan gempa pertama magnitudo 7,4.
"Hingga siang ini kita sudah memonitor sebanyak 422 gempa susulan. Magnitudo susulan terbesar 6,3, terkecil 2,9. Gempa terakhir dirasakan itu 4,7," kata Daryono dalam sebuah diskusi di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Utan Kayu, Jakarta Timur, Kamis (4/10/2018).
Jika dilihat dari karakteristik gempa, kata Daryono, gempa di Sulteng lebih baik daripada gempa di Lombok.
Ia menjelaskan, karakteristik gempa di Sulteng tidak berlebihan tetapi juga menunjukkan intensitas yang kian menurun.
"Kalau kita melihat karakteristik gempa susulan ini, ini memang ciri-cirinya lebih baik daripada yang terjadi di Lombok. Tidak hiperaktif, tidak mengalami percepatan aktivitas yang begitu cepat," ujar Daryono.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, gempa besar pasti akan diikuti oleh gempa susulan. Hal itu merupakan proses penyeimbangan yang normal.
Meski demikian, ia juga menyebut gempa susulan yang terjadi di Sulteng menunjukkan tren yang menurun.
Gempa bermagnitudo 7,4 dan tsunami melanda Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018).
Akibat bencana tersebut, tercatat 1.424 orang meninggal dunia.
Selain itu, terdapat 2.549 korban luka berat sampai saat ini masih dirawat di rumah sakit, baik di Palu maupun di luar Palu. Ada pun, korban hilang mencapai 113 orang.
Hingga saat ini, proses evakuasi dan pencarian masih terus dilakukan. Bantuan juga terus disalurkan untuk 70.821 pengungsi yang tersebar di 141 titik.
.
.
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/04/19584471/hingga-kamis-siang-terjadi-422-gempa-susulan-di-sulteng