Berdasarkan data BNPB pada Selasa (6/8/2018) jumlah korban tewas sebanyak 91 orang dan 209 korban luka-luka.
Namun, Sutopo memprediksi jumlah korban tewas bertambah. Pasalnya, masih ada beberapa korban yang masih belum ditemukan dan dievakuasi karena keterbatasan alat berat.
"Sampai saat ini belum ada tambahan tapi data ini akan bertambah karena ada beberapa korban yang sampai saat ini belum dievakuasi," ujar Sutopo saat memberikan keterangan pers di kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (6/8/2018).
Menurut Sutopo saat ini proses evakuasi masih dilakukan di reruntuhan masjid, di Desa Lading-Lading, Lombok Utara.
Berdasarkan informasi yang diterima, beberapa jemaah yang tengah melakukan shalat Isya tertimpa bangunan masjid yang runtuh akibat gempa.
Tim evakuasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB akhirnya melakukan evakuasi secara manual tanpa bantuan alat berat.
"Korban jemaah yang sedang shalat Isya kemudian masjid roboh di desa Lading Lading, Lombok utara belum bisa dievakuasi karena belum ada ada alat berat. Sehingga proses dilakukan secara manual. Artinya jumlah akan tetap bertambah," kata Sutopo.
Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh. Sutopo memastikan semua korban meninggal dunia adalah warga negara Indonesia dan belum ada laporan wisatawan yang menjadi korban akibat gempa.
Menurut Sutopo, daerah Lombok Utara paling parah terdampak gempa karena berdekatan dengan pusat gempa.
Rumah-rumah di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur yang sebelumnya hanya rusak ringan diguncang gempa bermagnitudo 6,4 pada 29 Juli 2018 lalu menjadi rusak berat dan roboh akibat guncangan gempa bermagnitudo 7.
"Pendataan masih terus dilakukan oleh aparat," ucapnya.
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/06/14321651/bnpb-prediksi-korban-jiwa-akibat-gempa-di-lombok-bertambah