Gempa bumi tektonik mengguncang tiga wilayah itu, Minggu (29/7/2018), dengan kekuatan 6,4 SR.
Gempa yang terjadi sekitar pukul 05.47 WIB tersebut terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, tepatnya di darat pada jarak 47 km arah timur laut Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 24 km.
Adapun hingga Minggu malam pukul 22.00 telah terjadi 213 kali gempa susulan. Magnitudo terbesar tercatat mencapai 5,7 SR.
"Kami meminta masyarakat untuk tetap waspada namun tetap tenang dan jangan panik," kata Dwikorita dalam keterangan resminya, Senin (30/7/2018).
Dwikorita juga meminta masyarakat untuk tidak mempercayai berita hoaks yang menyebar pasca gempa. Hingga saat ini, BMKG terus memantau perkembangan gempa dari Pusat Gempa Nasional (PGN) Jakarta.
"Guna mengantisipasi munculnya informasi simpang siur dan hoaks, BMKG melalui akun Twitter @infoBMKG akan terus menginformasikan perkembangan gempa," jelasnya.
Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan hasil analisis BMKG bahwa gempa bumi yang terjadi di Lombok merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Gempa bumi dipicu deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Guncangan gempabumi ini dilaporkan telah dirasakan di daerah Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar pada skala intensitas II SIG-BMKG (IV MMI). Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja dan Gianyar II SIG-BMKG (III-IV MMI).
Sementara itu, di Bima dan Tuban II SIG-BMKG (III MMI), Singaraja pada skala II SIG-BMKG atau III MMI dan Mataram pada skala II SIG-BMKG atau III MMI.
Sehubungan dengan masih adanya gempa-gempa susulan, masyarakat diimbau agar tidak menempati bangunan-bangunan yang kondisinya sudah rusak akibat gempa utama.
"Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," sebut Dwikorita.
https://nasional.kompas.com/read/2018/07/30/08094621/bmkg-minta-masyarakat-tak-percaya-info-hoaks-gempa-lombok