Dalam wawancara khusus dengan Rosiana Silalahi yang tayang Kamis (26/7/2018) malam, Kalla mengatakan, dirinya dan Jokowi sudah memiliki pengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan.
Hal itu menjadi modal untuk melanjutkannya pada periode selanjutnya.
"Tentu dalam pemilu banyak faktor untuk menang dan memerintah. Salah satu faktornya, pengalaman suatu hubungan baik. Jadi, katakanlah, jangan mengubah tim yang sudah baik," ujar Kalla.
Indonesia ke depan, menurut Kalla, akan menghadapi tantangan yang cukup berat, yakni ketidakpastian kondisi ekonomi dan polarisasi di masyarakat yang semakin runcing.
Kondisi itu menjadi salah satu alasan mengapa ia ingin menjadi cawapres kembali.
"Salah satunya, ya itu (alasan ketidakpastian ekonomi dan polarisasi masyarakat). Karena memang polarisasi ini harus diperbaiki. Jangan menjadi bentrokan. Jangan menjadi konflik. Harus kita bisa menghargai kedua belah pihak," ujar Kalla.
Menurut Kalla, pemerintahan saat ini sudah berada di jalur yang benar. Pondasi pembangunan sudah mulai dibenahi.
Untuk mengoptimalkannya, maka tidak cukup lima tahun saja.
"(Program pembangunan) ini membutuhkan kontinuitas. Kan banyak program...," ujar dia.
Selain itu, keberlanjutan kepemimpinan Jokowi dan dirinya juga mendapatkan dukungan politik.
Politisi senior Partai Golkar itu menyebut, banyak yang meminta dirinya untuk kembali maju sebagai cawapres Jokowi demi stabilitas negara.
"Juga faktor yang mendukung di pemilu itu sendiri. Nah, dalam hal ini, banyak yang minta agar kami berdua tetap jalan," ujar Kalla.
Karena itu, Kalla mengajukan diri menjadi salah satu pihak terkait uji materi Pasal 169 huruf N Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Uji materi itu diajukan oleh Partai Perindo. Harapannya, Kalla tetap menjadi calon wakil presiden pendamping Joko Widodo pada Pemilihan Presiden 2019.
https://nasional.kompas.com/read/2018/07/27/12525791/maju-jadi-cawapres-kalla-tak-ingin-mengubah-tim-yang-sudah-baik