"Ini akibat pemberlakuan pemilu serentak, Pileg dan Pilpres untuk pertama kali pada tahun 2019 di mana ada kecenderungan pemilih untuk memilih parpol yang mengusung capres yang juga dia pilih atau dikenal dengan istilah efek ekor jas atau coat tail effect," ujar Titi kepada Kompas.com, Rabu (18/7/2018).
Situasi itu membuat partai harus memastikan caleg yang diusung di Pemilu 2019 adalah figur yang kuat dan unggul dari sisi pengenalan di mata pemilih. Hal itu juga untuk menjaga eksistensi partai di mata masyarakat.
"Jadi caleg-caleg artis ini menjadi instrumen yang digunakan oleh partai untuk meneguhkan keberadaan partai di tengah kompetisi pemilu serentak yang akan lebih dominan pengaruh warna Capres. Itu yang pertama," papar dia.
Kedua, pemberlakuan sistem proporsional daftar terbuka membuat partai harus memastikan calegnya bisa mengumpulkan suara dan kursi untuk partai. Pemilih bisa langsung mencoblos caleg.
Sehingga, jika caleg mampu meraup suara yang besar akan berdampak signifikan pada perolehan suara dan kursi untuk partai.
"Jadi sistem proporsional daftar terbuka memang memaksa partai harus mengusung caleg-caleg yang bisa menjadi pengumpul suara untuk partai. Dan caleg artis mempunyai keunggulan soal ini mereka sudah punya modal sosial berupa popularitas dan juga kebanyakan didukung oleh modal finansial," ungkapnya.
Selain itu, kata dia, para caleg artis lebih mudah untuk dikenalkan kepada publik dibandingkan kader yang tidak mengakar di masyarakat. Titi juga menilai peningkatan caleg artis ini akibat naiknya ambang batas parlemen dari 3,5 persen menjadi 4 persen. Perubahan itu membuat Pemilu 2019 semakin berat bagi parpol. Di sisi lain, partai peserta pemilu juga semakin banyak.
"Sehingga banyaknya parpol peserta pemilu diikuti dengan ambang batas parlemen yang naik menjadi 4 persen, membuat persaingan akan semakin ketat antara parpol peserta pemilu," kata Titi.
Titi melihat partai-partai menengah juga khawatir dengan sejumlah hasil survei yang mengungkapkan adanya potensi parpol menengah terancam tidak lolos ambang batas parlemen. Ia menilai para caleg artis ini menjadi bagian dari strategi pengamanan parpol untuk lolos ambang batas parlemen.
"Pemilu 2019 memang hidup dan mati bagi banyak partai kita. Artis dengan modal sosial dan kapital yang mereka miliki tentu menjadi sosok strategis untuk diusung sebagai caleg," katanya.
Namun, ia mengimbau agar parpol tak hanya sekadar menjadikan caleg artis sebagai pendongkrak suara partai. Ia ingin partai politik juga mendongkrak kompetensi dan kapasitas para caleg artis melalui rekrutmen dan kaderisasi yang kuat.
https://nasional.kompas.com/read/2018/07/19/08404831/caleg-artis-meningkat-akibat-kompetisi-pemilu-semakin-sengit