“Pak TGB saya pikir dia melihat peluang bagi dia pribadi ke depan. Kan sudah tidak bisa menjadi kepala daerah lagi. Dia kan harus mencari peluang politik. Nah peluang politik itu dalam kacamata dia ada bila mendukung Jokowi ketimbang mendukung kekuatan oposisi,” ujar Syamsuddin saat ditemui di kantor PARA Syndicate, Jakarta, Jumat (6/7/2018).
Diketahui pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, NTB merupakan salah satu daerah lumbung suara bagi Prabowo. Perolehan suara Prabowo di NTB lebih tinggi dari Jokowi.
Syamsuddin mengatakan, langkah yang dilakukan TGB belum tentu juga diikuti oleh Partai Demokrat.
“Saya kira belum tentu (Partai Demokrat) gabung ke pendukung Jokowi), sebab TGB enggak sowan atau minta izin. Enggak minta restu ke pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono),”kata dia.
Lebih lanjut, saat ditanyai akan peluang TGB menjadi pendamping Jokowi saat Pilpres 2019, Syamsuddin menilai kemungkinan kecil hal tersebut terwujud.
“Saya melihat sih tidak juga (cawapres). Belum tentu juga. Paling tidak mungkin bagi TGB bisa menjadi salah satu pejabat nanti pada kepemimpinan Jokowi pada masa bakti kedua. Entah menjadi menteri, entah menjadi apalah,” kata dia.
Menurut dia, dukungan TGB kepada Jokowi belum tentu otomatis mendongkrak elektabilitas Jokowi saat Pilpres 2019.
“Enggak juga. Enggak. TGB bagi saya NTB aja,” kata dia.
Sebelumnya, seperti dikutip Antara, TGB Zainul Majdi menyatakan dukungan kepada Presiden Joko Widodo untuk melanjutkan kepemimpinannya pada periode periode kedua sebagai Presiden RI.
Menurut TGB, keputusannya mendukung Jokowi itu setelah melalui pertimbangan yang berkaitan dengan kemaslahatan bangsa, umat, dan akal sehat.
Dia menilai selama Jokowi memimpin, pencapaian kawasan ekonomi khusus Mandalika di NTB sudah berhasil.
Apabila ada pergantian di level kepemimpinan nasional, maka akan terjadi kemandekan baik dari segi ekonomi maupun sosial di wilayah Mandalika dan juga NTB.
https://nasional.kompas.com/read/2018/07/06/19444441/dukung-jokowi-di-pilpres-tgb-dinilai-sedang-mengincar-posisi-di-tahun-2019