Tepat 60 tahun lalu.
Ismail Marzuki tutup usia di kediamannya, kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, karena penyakit paru-paru yang dideritanya.
Pencipta lagu-lagu nasional seperti ‘Halo, Halo Bandung’, ‘Gugur Bunga’, dan ‘Rayuan Pulau Kelapa’ ini juga dikenal piawai menciptakan lagu-lagu penuh romansa.
Sebut saja, ‘Kalau Anggrek Berbunga’, ‘Siasat Asmara’, dan ‘Jauh di Mata di Hati Jangan’.
Suami dari Eulis Zuraidah ini tercatat telah menciptakan lebih dari 200 judul lagu.
Harian Kompas, 14 Mei 1968, menuliskan, masa kecil Ismail banyak dihabiskan untuk bekerja dan belajar musik.
Ia mempelajari saxophone, mandalin, gitar, klarinet, dan seruling. Pada usia 17 tahun, Ismail mulai mencoba menulis lirik lagu.
Abdullah, pimpinan orkes Live Java tempat Ismail belajar, menyebutkan, Ismail memiliki fantasi yang besar dan tidak pernah berhenti untuk mengarang lagu.
Ismail menyadari tanggung jawabnya terhadap bangsa yang kala itu tengah kesulitan. Suka duka di medan perang dijadikannya sebagai inspirasi dalam penciptaan karyanya.
Saat Jakarta dikuasai oleh Belanda, Ismail melakukan mogok kerja bersama teman-temannya selama lebih kurang 3.5 tahun.
Dalam keadaan yang mulai sakit-sakitan, Ismail mendapatkan tawaran pekerjaan dari Belanda dengan gaji besar, serta fasilitas rumah dan mobil.
Namun, ia menolak tawaran itu dengan mengatakan bahwa dirinya adalah orang kiblik (Republik Indonesia).
Untuk mengenang sosoknya, sebuah pusat kesenian di Jakarta didirikan dan diresmikan pada 10 November 1968 dengan nama Taman Ismail Marzuki.
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/25/14042441/hari-ini-60-tahun-lalu-komposer-ismail-marzuki-wafat