Salin Artikel

Romantisme Orde Baru Selewat Dua Dekade Reformasi

Berbagai eksponen menggelar aneka rupa perhelatan seperti seminar, diskusi, pameran foto, atau kegiatan lainnya untuk mengenang peristiwa politik yang bersejarah  bagi perjalanan republik ini, ketika kita memasuki babak politik baru, yaitu era reformasi.

Reformasi sebagai koreksi terhadap rezim Orde Baru telah melahirkan berbagai capain positif. Sebut saja, kebebasan pers, kebebasan berserikat, otonomi daerah, dan liberalisasi politik. Tak heran jika kita dinobatkan sebagai Negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.

Namun, harus diakui pula reformasi juga masih memiliki beban sejarah. Masih banyak agenda yang belum terealisasikan, untuk tidak mengatakan terlupakan.

Persolaan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), kesenjangan, serta kepincangan sosial, kemiskinan, dan tumpukan persoalan lain masih menjadi pekerjaan rumah hingga dua dekade reformasi.

Di wilayah politik, misalnya, berbagai persoalan seolah menjadi penyakit kronis yang sulit memperoleh resep mujarab.

Persoalan buruknya pengelolaan partai politik, maraknya money politic, mewabahnya dinasti politik, dan permasalahan lain adalah potret buram wajah politik dewasa ini.

Romantise Orde Baru

Setelah reformasi berlangsung dua dekade, ada gejala negatif berupa ketidakpuasan atas capain reformasi.

Ketidakpuasan demikian berdampak lahirnya kerinduan romantisme Orde Baru yang kerap dipersepsikan dengan kehidupan yang murah sandang, pangan, papan, tersedianya lapangan kerja, dan lainnya.

Kondisi ini, meski hanya  terjadi di sebagian kecil masyarakat, bisa kita lihat dari misalnya gambar, poster, atau meme “isih penak jamanku to?”  yang di sampingnya bergambar Soeharto. Meme ini sempat populer dan beredar luas di tengah masyarakat.

Bahkan survei Indobarometer menempatkan Presiden kedua Soeharto sebagai presiden paling berhasil sepanjang sejarah Indonesia berdiri. Hasil survei memperlihatkan Soeharto dipilih oleh 32,9 persen responden.

Sosok proklamator Soekarno menempati posisi kedua sebagai presiden yang paling berhasil di Indonesia, menurut survei yang sama. Hasil survei memperlihatkan Soekarno dipilih oleh 21,3 persen responden.

Adapun, posisi ketiga, keempat, dan kelima ditempati oleh Joko Widodo (17,8 persen), Susilo Bambang Yudhoyono (11,6 persen), dan BJ Habibie (3,5 persen). Di posisi keenam dan ketujuh berturut-turut Abdurrahman Wahid (1,7 persen) dan Megawati Soekarnoputri.

Terlepas dari perdebatan yang muncul, hasil survei ini bisa menjadikan warning agar tuntutan agenda reformasi benar-benar segera diwujudkan sekaligus mencegah romantisme Orde Baru meluas.

Demokrasi politik yang tak pararel dengan demokrasi ekonomi nampaknya menjadi salah satu sumber mengapa sebagian masyarakat menilai Orde Baru masih lebih baik.

Kita tahu, kesenjangan dan kepincangan sosial makin  lebar. Bahkan, indeks rasio gini hampir mendekati angka empat, angka yang masuk kategori dalam tataran mencemaskan, yang sewaktu-waktu bisa memicu terjadinya ledakan sosial.

Persoalan lain, reformasi juga dinilai tak bisa mencegah mengguritanya KKN, salah satu poin yang digugat dalam agenda reformasi. Indikatornya, banyak pejabat publik ditangkap KPK lantaran terlibat skandal korupsi.

Budiman Sujatmiko, misalnya, salah satu tokoh yang turut serta menumbangkan Orde Baru ini menilai reformasi hanya menghasilkan kekuasan yang bertele-tele.

Mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) tersebut menilai, reformasi memiliki kemajuan, tetapi terlalu lambat.

Dalam situasi semacam ini, gejala munculnya romantisme Orde Baru sesungguhnya perlu dibaca sebagai otokritik agar reformasi bergerak cepat dalam mewujudkan agendanya.

Sebab, jika penuntasan agenda reformasi berlarut-larut, sudah pasti tidak hanya menjadi bomerang tetapi juga bakal jadi petaka. Terlebih lagi bila kerinduan terhadap rezim otoriter makin meluas, karena itu bakal menjadi ancaman serius bagi perkembangan demokrasi yang sedang berlangsung.

Karena itu, tantangan  hari ini memang tidak mudah, bahkan memanggul tugas sejarah yang tak remeh-temeh.

Tugas sejarah bahwa reformasi harus mampu lebih baik dari Orde Baru merupakan keharusan, agar romantisme Orde Baru bisa lenyap dalam alam pikir yang menghinggapi sebagian masyarakat.

Kita tentu tidak ingin kembali hidup dalam suasana represif yang penuh tekanan. Karena itu, mewujudkan demokrasi subtansial merupakan agenda yang tak bisa ditunda-tunda lagi sebagaimana tuntutan agenda reformasi.

Semoga.

https://nasional.kompas.com/read/2018/05/22/19123491/romantisme-orde-baru-selewat-dua-dekade-reformasi

Terkini Lainnya

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Mardiono Sebut Ada Ajakan Informal dari PAN dan Golkar Gabung ke Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Jokowi Bertemu Bos Apple di Istana Besok Pagi, Akan Bahas Investasi

Nasional
Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Otto Hasibuan Sebut Kubu Anies dan Ganjar Tak Mau Tahu dengan Hukum Acara MK

Nasional
Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Sekjen PDI-P Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi, Diperiksa Polisi 6 Jam

Nasional
Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Menteri ESDM Jelaskan Dampak Konflik Iran-Israel ke Harga BBM, Bisa Naik Luar Biasa

Nasional
Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Jawab PAN, Mardiono Bilang PPP Sudah Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Kubu Anies-Muhaimin: Ada Fakta Tak Terbantahkan Terjadi Nepotisme Gunakan Lembaga Kepresidenan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke