Tito justru ingin agar Polri dan TNI bersatu sehingga bisa menjadi kekuatan yang optimal.
"Jadi saya berpendapat bahwa saat ini yang terjadi mekanismenya mirip seperti operasi Tinombala, dimana kekuatan Polri dan TNI bergabung dalam rangka bersama sama menangani itu (terorisme)," kata Tito dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/5/2018).
Pada 2016, Tim Satgas Operasi Tinombala berhasil menembak mati Komandan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah yang sudah lama diburu.
"Saya justru minta Bapak Panglima TNI Marsekal Hadi agar kekuatan TNI masuk bergabung ke operasi (terorisme) ini," kata Tito.
Tito menambahkan, operasi terorisme di Indonesia memang 75 persen adalah operasi intelijen, dan 20 persen adalah pemberkasan untuk ke pengadilan.
Hanya 5 persen yang sifatnya adalah penyerangan.
Oleh karena itu, Tito meminta publik tidak khawatir dan justru harus mendukung masuknya TNI dalam melawan terorisme.
"Prinsip penanganan teroris adalah bagaimana memenangkan dukungan publik. Kalau publik dukung langkah-langkah negara, maka teroris tidak akan bisa berkembang," kata Tito.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo membenarkan bahwa saat ini pemerintah dalam proses mengaktifkan kembali Koopsusgab TNI.
Presiden menegaskan bahwa pengaktifan kembali Koopsusgab TNI itu demi memberikan rasa aman bagi seluruh rakyat Indonesia dari para pelaku teror.
Meski demikian, Jokowi menegaskan Koopsusgab TNI itu nantinya baru turun tangan dalam situasi kegentingan tertentu.
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/22/17520701/kapolri-seperti-operasi-tinombala-tni-polri-bergabung-lawan-terorisme