Tindakan terorisme tersebut juga melukai kemanusiaan dan kebersamaan warga negara Indonesia.
Suharyo mengungkapkan, pasca peristiwa tersebut, ada dua orang muslimah muda yang menginisiasi gerakan yang sangat inspiratif di Gereja Katedral.
Mereka membagikan mawar putih bagi jemaat yang baru selesai ibadah pada Minggu sore.
"Ada dua kawan muslimah yang sering datang ke sini dari Gerakan Sabang Merauke," jelas Suharyo dalam konferensi pers di Gereja Katedral, Jakarta, Senin (14/5/2018).
Suharyo menuturkan, kedua muslimah tersebut datang mengenakan jilbab berwarna merah dan putih. Menurut dia, gestur ini sangat simbolik.
"Kedua teman itu memberikan bunga kepada jemaat yang baru keluar dari Gereja Katedral," ucap Suharyo.
Ayu, salah seorang dari dua muslimah muda tersebut, kata Suharyo, mengaku perasaannya bercampur aduk saat mengetahui peristiwa pengeboman di tiga gereja di Surabaya. Namun, mereka tidak tahu harus berbuat apa.
"Akhirnya mereka memutuskan datang ke Katedral memberi mawar putih ke jemaat dan membawa sebotol gula-gula yang bermacam-macam," tutur Suharyo.
Ia menyatakan, gula-gula yang bermacam jenis itu merupakan lambang keberagaman yang ada di Indonesia. Menurut dia, sikap kedua muslimah tersebut sangat menyentuh hati.
Sebab, kata dia, tindakan terorisme yang terjadi mencederai kesatuan bangsa dan negara. Tindakan ini tidak semata-mata mencederai agama.
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/14/13414241/cerita-dua-muslimah-yang-bagikan-mawar-putih-di-gereja-katedral