Salin Artikel

Pengamat: Bom Surabaya Terorganisasi dengan Baik

"Aksi teror ini terlihat terorganisasi dengan baik, dilakukan dengan melibatkan kelompok atau banyak individu dan direncanakan sejak jauh hari," ujar Harits kepada Kompas.com, Minggu siang. 

Indikatornya  antara lain muncul teori bahwa serangan bom kali ini berkaitan dengan kerusuhan narapidana kasus terorisme di Markas Korps Brimob Polri Kelapa Dua, Depok, Selasa (8/5/2018) malam lalu. 

Namun, apabila melihat tempat kejadian perkara, aksi pengeboman itu tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat (beberapa hari saja). Butuh sejumlah persiapan yang rinci dan teliti. 

"Butuh perakitan bom dengan cermat, butuh orang yang punya kemampuan untuk merakit bom, termasuk penyiapan bahan baku bom. Belum lagi kesiapan calon 'pengantinnya'. Semua butuh waktu yang cukup dan terencana dengan baik," ujar Harits. 

"Aksi bom bunuh diri ini diduga sudah diplot jauh-jauh hari. Cuma tinggal menunggu momentum saja. Artinya, rusuh di Mako Brimob hanya menjadi sesuatu yang 'menggairahkan' kelompok teror ini," lanjut dia. 

Secara psikologis, kerusuhan para narapidana kasus terorisme di rumah tahanan Mako Brimob adalah momentum yang tepat untuk melancarkan serangan. Apalagi, dalam kerusuhan itu, personel Polri banyak yang meninggal. 

"Biasanya mereka (pelaku teror) ini paham. Ketika ada korban dari pihak kepolisian, maka dampaknya ke kelompok mereka yang masih ada di luar akan jadi target penangkapan, bahkan sampai berisiko kematian di tangan Densus 88," ujar Harits. 

Dalam kondisi demikian, pelaku teror pun terdorong melakukan penyerangan. Apalagi, jika persiapan sudah dilaksanakan sebelumnya. 

Harits yakin Polri mampu mengungkap kasus ini dan mampu menguak dalang di balik serangan bom ini. Sebab, banyak "jejak" yang ditinggalkan pelaku di tempat kejadian perkara. Semisal motor dan mobil. 

"Dari sana bisa ditelusuri untuk menemukan siapa sebenarnya pelaku dan juga akhirnya bisa diungkap otak di balik serangan bom bunuh diri tersebut," ujar Harits. 

Sebelumnya, ledakan bom terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna.

Ledakan pertama terjadi di Gereja Maria Tak Tercela, yaitu pada sekitar pukul 07.30 WIB. Adapun dua ledakan lain berjeda masing-masing 5 menit setelah ledakan pertama.

Polisi mencatat, 10 orang meninggal dunia atas peristiwa itu. Sementara 41 orang lainnya mengalami luka-luka.

https://nasional.kompas.com/read/2018/05/13/15492801/pengamat-bom-surabaya-terorganisasi-dengan-baik

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke