Namun, menurut dia ada yang harus dicermati dalam pembahasan capres dan cawapres saat ini yang tak bisa lepas dari aspek keserentakan antara pemilu legislatif dan presiden.
Hal tersebut, kata Rachland, sangat memengaruhi siapa capres atau cawapres yang akan diusung masing-masing partai. Sebab, menurut dia, parpol yang tak mengusung capres atau cawapres elektabilitasnya akan tergerus di pemilu legislatif.
Lebih lanjut, ia mengatakan, parpol yang mengusung petingginya menjadi capres atau cawapres akan lebih diingat oleh pemilih.
"Nah jebakannya di sini adalah, kalau parpol tidak punya calon untuk diusung jadi capres maupun cawapres, ya maka ada risiko bahwa partai itu pada 2019 yang serentak itu elektabilitasnya bisa jatuh," kata Rachland, saat dihubungi, Selasa (6/3/2018).
Ia pun mencontohkan Golkar yang telah mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi di Pemilu 2019 namun belum menawarkan kadernya sebagai cawapres. Maka ia memprediksi elektabilitas Golkar bisa menurun.
Lain halnya dengan PDI-P yang diasosiasikan dengan Jokowi selaku kadernya, elektabilitasnya, menurut Rachland, akan meningkat.
"PDI-P dengan Golkar mengusung Jokowi jadi capres tapi cawapresnya bukan Golkar. Ya Golkar harus bersiap menerima yang tinggi elektabilitasnya adalah Jokowi dan partai mana calon cawapres itu berasal. Ya kalau bukan Golkar atau Airlangga, ya wasalam deh," lanjut dia.
https://nasional.kompas.com/read/2018/03/06/18395901/menurut-demokrat-elektabilitas-parpol-jatuh-bila-petingginya-bukan-capres