Saat itu perang Korea barus usai dan Korea Utara berupaya menutup diri dari dunia internasional.
Maulwi waktu itu diutus untuk mengecek kondisi bandara di sana agar bisa menyesuaikan dengan standar pendaratan penerbangan internasional demi keselamatan Presiden Soekarno.
Kala itu, teknologi radar belum secanggih sekarang yang bisa melacak posisi pendaratan yang tepat. Maulwi pun memutar otak agar pesawat yang ditumpangi Bung Karno dengan mudah bisa posisi landasan pacu di bandara.
Tak kurang akal, Maulwi pun meminta rekannya, Ali Ebram, memutar lagu-lagu Indonesia supaya gelombang radio dapat ditangkap pesawat sehingga pilot mengenalinya dan bisa mendaratkan pesawat di lokasi yang tepat.
Dengan cara itulah pesawat yang ditumpangi Bung Karno bisa mendarat dengan selamat di Korea Utara.
"Waktu itu saya minta Ali Ebram pakai radio pemancar untuk memutar lagu-lagu Indonesia supaya gelombang radio ditangkap oleh pilot dan pilot bisa mengenali kode itu," kata Maulwi mengisahkan dalam buku berjudul Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Sukarno.
****
Pada 3 Januari 2018, Paspampres tepat berusia 72 tahun. Di usia yang tak lagi muda, segudang cerita menarik menyertai kerja Paspampres selama ini. Maka dari itu, selama dua hari, mulai Rabu (3/1/2018) hingga Kamis (4/1/2018), Kompas.com akan menurunkan cerita-cerita menarik dan inspiratif seputar kerja Paspampres dari masa ke masa.
https://nasional.kompas.com/read/2018/01/03/13370941/tak-ada-radar-paspampres-daratkan-pesawat-bung-karno-dengan-lagu-indonesia