"Kita tidak bisa mengandalkan pendapatan pada sumber daya alam (SDA), tok. SDA itu ya paling banter 10 persen. Sebanyak 90 persen adalah karya-karya dari SDM terbaru," kata Habibie ditemui usai memberikan kuliah umum Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXI Lemhannas RI, Rabu malam (27/9/2017).
Atas dasar itu, menurut Habibie, sangat penting bagi SDM Indonesia dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), di samping iman dan taqwa (imtaq). Habibie memandang, industri strategis adalah ujung tombak dari pembangunan.
Dia pun tidak menginginkan jika masyarakat Indonesia hanya bisa menjadi konsumen.
"Kita jangan hanya konsumen. Ya hasilkan apa yang kita buka (eksploitasi)," katanya.
(Baca: Habibie: Iptek Saja Tanpa Imtaq, Bahaya...)
Menurut Habibie, industri strategis ini sangat potensial dikembangkan di Indonesia dan dapat mendorong pembangunan. Pasalnya, industri itu mampu membantu mobilisasi warga serta mampu membuka lapangan kerja.
"Tiap pesawat terbang yang kita buat itu menghasilkan nilai tambah, menghasilkan manusia yang bekerja di situ, dengan gaji tinggi," imbuh Presiden ke-3 RI tersebut.
Lebih lanjut, dia mengatakan pernah menghitung nilai tambah dari memproduksi pesawat N250 kala itu. Hasilnya, jumlah dollar AS yang dihasilkan dari memproduksi 170 pesawat dalam 170 hari sama banyaknya dengan memproduksi beras di seluruh Indonesia tanpa diganggu hama wereng dan cuaca.
Maka dari itu, lanjut Habibie, membangun industri strategis nasional bukan hanya mengembangkan pasar Indonesia. Melainkan, memberikan nilai tambah pada SDM Indonesia itu sendiri.
Jika manusia Indonesia memiliki pendapatan yang baik, maka ia akan mendatangkan pajak yang akan menambah anggaran fiskal.
"Jadi bukan dari jualan SDA, yang harganya pun ditentukan oleh orang yang membeli," pungkasnya.
https://nasional.kompas.com/read/2017/09/28/12523201/habibie-ingin-pemerintah-mulai-fokus-kembangkan-sdm