Salin Artikel

Jemur Properti Film Berupa Bendera PKI, Aidil Diciduk Aparat Keamanan

Jajang yang dalam produksi film itu berlaku sebagai pencatat adegan masih ingat betul betapa susahnya membuat film yang mengangkat Peristiwa 1965 itu.

Mulai dari tahapan riset yang minim sumber-sumber dari PKI, sampai keamanan di lapangan saat produksi film.

Di sisi lain, sang sutradara, Arifin C Noer adalah seorang sineas yang sangat memerhatikan detil dan tidak sembrono.

Baca: Ini Alasan Mengapa Jokowi Tak Menolak Ide Pemutaran Film G30S/PKI

Jajang mengakui selama pengerjaan "proyek negara" itu, mereka tidak mendapatkan tekanan dari TNI, yang waktu itu masih bernama ABRI.

Kalaupun ada pengawasan yang dilakukan di lokasi syuting, hal itu dilakukan hanya untuk menjaga keamanan di lapangan saja.

Namun, pernah satu ketika kru bagian properti bernama Aidil ditangkap aparat keamanan. Gara-garanya, Aidil membuat properti bendera PKI.

"Dijemur (bendera itu) di halaman dia, di dalam gang. Saya ingat. Diciduk dia, ditahan. Aidil, saya ingat banget itu," tutur Jajang saat talkshow Perspektif Indonesia, Jakarta, Sabtu (23/9/2017).

Sejak kejadian itu, seluruh kru film "Pengkhianatan G30S/PKI" diberi semacam tanda pengenal. Dengan tanda pengenal tersebut, kru film 'aman' dalam menjalankan aktivitas.

Selain kesulitan di lapangan itu, Jajang menceritakan betapa sulitnya menggali informasi dari pihak PKI.

Jangankan mengaku sebagai anggota atau simpatisan PKI, kata Jajang, bertetangga dengan seorang PKI saja tidak ada yang mengaku.

"Waktu kami dulu (bikin film) tidak ada (anggota) PKI yang berani ngomong. Munculpun tidak berani. Mengakui bahwa saudara atau tetanggannya PKI pun tidak berani," ucap istri Arifin C Noer itu.

Satu-satunya yang bisa ditemui adalah Sjam Kamaruzaman. Sosok Sjam ini sangat misterius, dan cukup membuat pusing Jajang sebagai pencatat adegan yang ingin menggali soal gesture DN Aidit.

"Kalau kami mau konfirmasi satu informasi, dia hanya bilang 'Ya'. Kalau kamu mau bantah sesuatu, dia bilang 'Saya tidak tahu'," kata Jajang.

"Saya bertanya soal gestur Aidit. Tangannya ikut berbicara kah? Jidatnya naik turunkah? Dia bilangnya 'Begitulah'. Lalu saya tanya apa Aidit merokok, dia bilang 'Ya begitulah seperti biasanya orang merokok'," kenangnya lagi.

Tak hanya kesulitan menemui saksi sejarah, atau sumber pertama, Jajang juga mengatakan saat itu belum banyak literatur yang bisa memberikan gambaran mengenai orang-orang PKI.

Baca: Jajang C Noer: Memang Target Film G30S/PKI agar Orang Membenci PKI

Buku-buku autobiografi tentang mereka masih sangat minim. Jajang yakin, apabila ada yang mau memproduksi film Peristiwa 1965 saat ini, prosesnya akan lebih mudah dari yang pernah mereka lakoni 34 tahun silam.

Selain waktunya juga lebih cepat karena teknologinya sudah canggih, biayanya pun bisa menjadi lebih murah.

https://nasional.kompas.com/read/2017/09/23/16280001/jemur-properti-film-berupa-bendera-pki-aidil-diciduk-aparat-keamanan

Terkini Lainnya

Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Nasional
Agenda Prabowo usai Putusan MK: 'Courtesy Call' dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Agenda Prabowo usai Putusan MK: "Courtesy Call" dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Nasional
Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Nasional
'MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan...'

"MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan..."

Nasional
Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak 'Up to Date'

Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak "Up to Date"

Nasional
Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Nasional
Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Nasional
Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Nasional
Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Nasional
Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Nasional
Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Nasional
KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

Nasional
Megawati Diyakini Tak Goyah, PDI-P Diprediksi Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Megawati Diyakini Tak Goyah, PDI-P Diprediksi Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Digugat ke Pengadilan, Bareskrim: Penetapan Tersangka Kasus TPPU Panji Gumilang Sesuai Fakta

Digugat ke Pengadilan, Bareskrim: Penetapan Tersangka Kasus TPPU Panji Gumilang Sesuai Fakta

Nasional
Soal Peluang PDI-P Gabung Koalisi Prabowo, Guru Besar UI: Megawati Tegak, Puan Sejuk

Soal Peluang PDI-P Gabung Koalisi Prabowo, Guru Besar UI: Megawati Tegak, Puan Sejuk

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke