Peninjauan ini dilakukan setelah status Gunung Agung meningkat ke level III (siaga).
Ia mengimbau agar segera dibuat pos pantau sementara untuk mengantisipasi letusan mengingat jarak pos pantau dengan Gunung Agung hanya 6 kilometer.
"Kemudian, untuk memperkuat komunikasi antar-instansi sehingga masyarakat dapat informasi dengan cepat," lanjut dia.
Berdasarkan laporan Pos Pantau Gunung Agung (PGA) tercatat pada Selasa (19/9/2017) terjadi 427 gempa dan pada hari ini, pukul 00.00-06.00 terjadi 94 gempa.
Meski gempa tidak sebesar dua hari lalu, sempat terjadi getaran sebanyak 480 detik tremor dengan gempa dangkal sedalam 2 kilometer dan kedalaman magma 5 kilometer.
Gunung Agung pernah meletus pada 1963. Kala itu, terdapat lima fase letusan.
Pertama, fase gejala berupa gempa yang terasa di bawah Gunung Agung. Kedua, fase pembuka dengan letusan pembuka kemudian membentuk danau lava.
Baca: Gunung Agung Siaga, Airnav Siapkan Jalur Alternatif Penerbangan
Lalu, muncul erupsi pertama memuntahkan material sejauh 14 km ke utara.
Berikutnya, erupsi kedua memuntahkan material sejauh 10 kilometer ke selatan.
Selanjutnya, letusan susulan yang cenderung lama. Hingga saat ini, pemerintah pusat dan daerah terus mengantisipasi kemungkinan Gunung Agung meletus.
"Karena itu masyarakat diimbau harus tetap waspada," lanjut Willem.
Sebelumnya, status aktivitas Gunung Agung ditingkatkan dari level "waspada" menjadi "siaga" pada Senin (18/9/2017) malam.
Sebanyak 44 warga yang berasal dari Dusun Lebih, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem mengungsi secara mandiri.
Mereka mengungsi ke 3 lokasi di wilayah Kabupaten Klungkung dan telah ditangani oleh BPBD setempat.
"BPBD Kabupaten Klungkung telah memberikan bantuan bagi pengungsi," kata Sutopo, Selasa (19/9/2017).
https://nasional.kompas.com/read/2017/09/20/14210271/kepala-bnpb-tinjau-sistem-peringatan-dini-pos-pantau-gunung-agung