Salin Artikel

Kisah Pengiriman Foto Pertama Melalui Internet di Redaksi Harian Kompas

Mereka baru menikmati kecanggihan teknologi lima tahun kemudian yaitu saat liputan SEA Games Singapura tahun 1993.

Baca: Kisah Pengiriman Berita Pertama Melalui Internet di Redaksi Kompas

Mantan wartawan Kompas Mamak Sutamat menuturkan kisah ini dalam bukunya "Kompas, Menjadi Perkasa Karena Kata".

Ceritanya, pada 1993 sejumlah wartawan ditugaskan berangkat ke Singapura untuk meliput SEA Games. Totok Purwanto, wartawan olahraga, berangkat belakangan karena harus menunggu sebuah alat untuk mengirim foto melalui sambungan Internet yang dijanjikan Kantor Berita Antara.

Alat yang ditunggu ini adalah alat canggih saat itu, sekelas kantor berita UPI (United Press Internasional). Lisensi penjualannya ada pada Kantor Berita Antara dan tidak mudah mendapatkannya.

Kompas mendapatkan alat ini mepet dengan waktu keberangkatan Totok. Alhasil, Totok harus belajar kilat menggunakan alat yang beratnya mencapai 30 kg tersebut.

Itu hanya alat untuk mengirim foto. Di kantor, JB Suratno, wartawan foto, juga belajar kilat dengan alat penerimanya.

Sudah alatnya berat, kantor Bea Cukai di Bandara Soekarno-Hatta tidak meloloskan peralatan ini karena harus didaftarkan dulu. Prosesnya berbelit-belit. Totok nyaris ketinggalan pesawat.

Beruntung, pesawat Garuda mengalami gangguan teknis sehingga keberangkatan diundur dua jam. Dengan napas tersengal, Totok masuk pesawat sambil menenteng beban 30 kg peralatan foto.

Malam harinya di Singapura, peralatan foto dioperasikan. Semua prosedur dilakukan dan Jakarta siap menerima. Tapi, tidak satu pun foto bisa terkirim.

Baru berjalan 30 persen, saluran terputus. Baru jalan 20 persen, putus lagi. Sudah jalan 80 persen, putus lagi.

Arloji menunjukkan pukul 23.00. Deadline.

“Saya grogi dan merasa bersalah. Jangan-jangan dalam pelatihan kemarin ada yang lupa diajarkan, sehingga pengoperasian tombol-tombolnya tidak pas,” kisah Totok.

Lelah dan putus asa karena terus gagal hingga empat jam, Totok pun mengajak Kartono Riyadi makan.

“Kamu saja yang turun, saya titip bawakan nasi,” jawab Kartono.

Dengan langkah lunglai Totok turun dari hotel. Saat berjalan melintasi lobi telinganya mendengar suara sirene kecil, ngik…ngik…ngik…Suara itu persis suara mesin pengirim di kamar. Suara-suara yang membuatnya stres karena pengiriman foto berulangkali gagal.

Ia mencari sumber suara tersebut. Datangnya dari ruang operator hotel. Kebetulan pintu ruangan itu terbuka. Totok berdiri sejenak di depan pintu. Suara sirene kecil itu putus lalu berganti suara operator, “Halooo….halooo…klik.”

Muncul lagi suara sirene itu, ngik…ngik…ngik…kemudian hilang ditelan suara “halooo…halooo…klik” dari operator.

Totok masuk ke ruang operator dan bertanya suara apa itu. Operator di ruangan itu mengatakan bahwa suara tersebut adalah suara telepon dari salah satu kamar tamu.

Totok minta pada operator agar sambungan telepon ke kamar itu jangan diganggu atau dipotong. Namun, petugas hotel mengatakan bahwa ia harus tahu kode-kode apa yang dikirim karena menurutnya ini tidak biasa.

Totok meyakinkan petugas hotel bahwa itu adalah alat pengiriman foto, sama dengan peralatan komputer atau faksimili, bukan kode atau sandi-sandi.

“Coba tanyakan pada Telkom Singapura, apakah peralatan ini boleh beroperasi di sini,” pinta Totok pada petugas hotel.

Petugas itu pun menghubungi kantor Telkom Singapura dan mendapat jawaban bahwa peralatan itu bisa digunakan selayaknya komputer atau perangkat faksimili melalui jaringan telkom.

“Silakan pakai dan saya tidak potong lagi,” jawab operator.

Ternyata, setelah tidak diutak-atik operator, pengiriman berlangsung mulus. Pelajaran berharga menggunakan alat baru dan teknologi baru bernama Internet.

Sejak itu, pengiriman foto berjalan mulus. Foto-foto kejadian tengah malam bisa cepat sampai Jakarta.

Wartawan media lain dari Jakarta terheran-heran dan bertanya: pakai kargo udara apa, kok info kejadian pukul 23.00 bisa dimuat Kompas?

Kartono hanya tersenyum-senyum. Sejak SEA Games Singapura 1993, wartawan foto tidak lagi ngos-ngosan berlari ke bandara.

https://nasional.kompas.com/read/2017/09/13/10482401/kisah-pengiriman-foto-pertama-melalui-internet-di-redaksi-harian-kompas

Terkini Lainnya

Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat, Didominasi Gen Z

Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat, Didominasi Gen Z

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke