Salin Artikel

Informasi Haji Kementerian Agama Masih Normatif

Sejak lama, sejumlah media massa di Indonesia kerap menyiarkan proses final tersebut, baik langsung/rekaman. Terlebih setiap tahunnya, Kementerian Agama (Kemenag), baik di pusat dan daerah, juga kerap mengajak media massa meliput kegiatan tersebut, sekaligus berhaji.

Ini menggembirakan. Setidaknya, informasi terkait prosesi akbar haji rutin, aktif, dan terkustomisasi dilakukan setiap tahunnya. Secara kuantitas pemberitaan, Kemenag mengambil peran aktif dan kontributif sejak dari awal keberangkatan embarkasi hingga kepulangan.

Bukan hanya informasi general, namun informasi tiap daerah pun tersajikan dengan strategi media relation tersebut. Banyak keluarga haji yang setidak-tidaknya bisa tetap mengetahui aktivitas keluarganya ketika berada di Haramain.

Akan tetapi, tanpa mengurangi rasa hormat penulis, sekurangnya ada dua hal penerapan strategi public relations dan media relations yang masih bisa ditingkatkan, khususnya oleh Kemenag dan khususnya oleh kantor Kemenag di daerah.

Pertama, informasi yang diberikan selama ini masih dominan teknis pelaksanaan beserta variabel di dalamnya (hardnews) namun memberi porsi relatif sedikit menjurus minim tentang berita menggugah hati menyentuh nurani (softnews).

Jika diamati pemberitaan pada laman Kemenag tahun ini, detil dari mulai pemberangkatan, pelaksanaan, hingga aktivitas rinci Menteri Agama selama musim haji, sudah bisa diekplorasi dan dipublikasikan dengan baik.

Namun, softnews terasa belum melimpah sekaligus menginspirasi karena berita semacam kisah Baiq Mariah (haji tertua dari Indonesia, bahkan disebut jemaah haji tertua se-dunia) hanya sekali ditulis dalam laman resmi tersebut.

Bukan menyebut apalagi menafikan hardnews yang ada tidak bagus, namun sejatinya bangsa ini tengah kering hati dan krisis akhlaq, sehingga kita memerlukan demikian banyak kisah menggugah agar siapapun terus bertekad segera berhaji.

Jika ada warga Lombok Barat masih bersemangat naik haji pada usia 103 tahun, maka ini penting ditularkan spiritnya ke seluruh masyarakat Indonesia, yang faktanya banyak yang masih bugar, aktif, namun tak tergerak menabung haji.

Baca: Cerita Jemaah Haji Tertua Indonesia yang Sempat Ingin Pulang

Kedua, informasi terkait peluang dan skema untuk naik haji ini lagi-lagi masih kalah intens dibandingkan hardnews yang substansinya cenderung menceritakan aktivitas bahkan seremoni penjabat. Sisi humanis lagi-lagi kalah dari sisi teknis.

Penulis merasakan ketika memulai ingin mencicil tabungan haji pada 2015 lalu, informasi yang ada relatif minim. Jangankan menjadi tahu ancang-ancang kapan berangkat, mekanisme setelah mulai mencicil pun tahu setelah bertanya-tanya di lapangan.


Public relations Kementerian Agama ada baiknya lebih intensif menyajikan tak hanya berita, tapi juga e-flyer, infografis, hingga video simulasi cara menabung haji yang disampaikan dengan pendekatan softnews terutama pada segmen ummat yang awam.

Menceritakan dahsyatnya ibadah haji kepada jamaah majlis taklim, misalnya, jelas kurang efektif. Menabur garam di lautan. Namun memaparkan bagaimana memulai tabungan haji agar mereguk nikmatnya haji kepada keluarga satu anak, jelas lebih berfaedah.

Menyisipkan seru dan indahnya dua tanah suci di dunia di sela-sela kegiatan offroad, motocross, musyawarah pemuda, hingga konser musik sekalipun, rasanya tak kalah bagus dan menantang bagi para humas di Kementerian Agama.

Jangan sampai pengalaman penulis terjadi, yang baru tahu akan berangkat sekitar 17 tahun lagi dari embarkasi Kota Bandung, baru setelah melunasi tabungan haji, dan baru setelah diskusi dengan petugas di Kementerian Agama Kota Bandung.

Artinya, jika lunas pada usia 35 tahun misalnya, maka baru bisa berangkat di atas 50 tahun, usia yang mulai pudar gesit dan bugarnya. Bersyukur kemudian berkah dari kehadiran Raja Salman, masa ditunggu itu dipangkas hinga 12 tahun.

Dengan demikian, potensi ummat yang harus "disadarkan" segera menabung haji daripada berangkat di atas usia 50-70 tahun (lanjut usia), sungguh sangat banyak. Merekalah yang harus lebih banyak dipaparkan informasi soal haji dengan lebih komprehensif.

Baca: Jelang Puncak Haji, 122 Orang Jemaah Indonesia Wafat di Tanah Suci

Penulis memahami bahwa salah satu tugas humas menyajikan aktivitas pimpinan sekalipun bersifat seremonial, namun tentu kemulian datang manakala konten humas bisa lebih merangkul banyak orang yang belum tergerak hatinya.

Pada akhirnya, sebagaimana kaidah komunikasi Islam dari Dr. Harjani Hefni, LC, MA, diseminasi informasi Islam --termasuk dalam urusan haji-- ini seyogianya memperkuat konten tadzkir (metode komunikasi memberikan peringatan dini agar tidak lupa tujuan hidup sebenarnya), tawashi (saling memberikan wasiat dengan sesama), dan nasihat (ajakan yang mengandung kebaikan dan larangan yang mencegah kerusakan).

Dan tak kalah penting, sebagaimana spirit tulisan ini dari awal, perkuatlah porsi konten yang mengandung wa’adz (komunikasi yang bertujuan melunakkan hati yang mendengarkannya), idkahl al-surur (komunikasi bertujuan membahagiakan orang lain), dan tabsyir (Informasi yang menyampaikan kabar bahagia dan gembira) dengan bentuk format softnews.

Sungguh mulia mengabarkan konten dakwah guna meneguhkan keimanan ummat yang sudah istiqomah, namun jelas lebih mulia dan berfaedah sekiranya bisa menggerakkan hati mereka yang masih awam, bahkan jauh dari hidayah melalui kabar ringan yang menyentuh dan relevan.

https://nasional.kompas.com/read/2017/08/30/16021701/informasi-haji-kementerian-agama-masih-normatif

Terkini Lainnya

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke