JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menganggap agama mana pun tidak mengajarkan perang dan saling membunuh.
Menurut dia, kelompok teroris telah mendapatkan asupan ilmu agama yang salah dan mempersepsikan ajaran yang menyimpang.
"Saya yakini mereka kelompok kecil yang me-miss interpretasikan, meyakini ajaran agama yang tidak tepat," ujar Tito dalam acara "Rosi" bertajuk "#KapolriDiRosi" di Kompas TV, Jumat (26/5/2017) malam.
Makna jihad, kata Tito, diartikan sebagai perang dan membunuh oleh para teroris. Padahal, dalam versi lain, jihad artinya bersunggung-sungguh.
Jika merujuk pada arti sebenarnya, kata Tito, maka polisi bisa juga disebut berjihad.
"Mereka justru yang membajak ajaran tertentu dan ayat tertentu untuk kepentingan sesuai ideologi tersendiri," kata Tito.
Teroris kerap dikaitkan dengan agama Islam. Nanun, Tito menyebut itu hanya kebetulan yang terjadi di Indonesia.
Menurut dia, teroris tak mengenal agama. Ia menyebut kasus pengeboman di Oklahoma oleh pria beragama Kristen, kemudian kasus di Myanmar oleh umat Buddha, dan di Irlandia Utara oleh kaum Kristen Protestan.
"Kita tidak lihat siapa dia, hanya lihat persamaan di muka hukum. Pelanggaran terorsime harus kita tangani tanpa lihat agama," kata Tito.
(Baca juga: Menurut Kapolri, Ini Alasan Teroris Jadikan Polisi sebagai Sasaran)