Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/05/2017, 20:07 WIB

Sementara para kader PDI Perjuangan mengikuti rapat kerja nasional, Minggu, 21 Mei 2017, di sebuah hotel di Sanur, Bali, saya ditemani seorang kader PDI-P Sulawesi Utara, Rocky Wowor, menjenguk kamar 327 di hotel itu.

Banyak orang, terutama di Bali, punya keyakinan kamar ini adalah milik presiden pertama RI, Soekarno atau Bung Karno. Hotel di Sanur ini selesai dibangun dan diresmikan tahun 1966. Tahun 1993 hotel ini terbakar. Hanya dua kamar yang tidak terbakar habis, yakni kamar 241 dan 327. Dua kamar itu mendapat perlakuan khusus oleh para pengurus hotel tersebut.

Pagi itu di kamar berkelas standar itu penuh karangan bunga, asap dupa, dan bermacam sesajen. Semua simbol agama ada di kamar itu. Banyak foto Bung Karno dipasang di kamar ini. Ada buku dan foto yang mengisahkan kebakaran hotel tersebut. Seorang perempuan berusia 70 tahun berpakaian adat Bali tampak sedang duduk dalam kamar itu. Dia adalah Agung Okawati, penjaga tetap dari kamar 327.

"Silakan masuk, tetapi sepatu dilepaskan, ya. Yang masuk empat orang dulu, nanti gantian," kata Okawati dengan ramah dan murah senyum. "Saya menjadi penari sejak tahun 1963. Beberapa kali menari di depan Presiden Soekarno di Jakarta dan di Bali," ujar Okawati yang pernah belajar di sekolah perhotelan di Bali dengan biaya dari Bung Karno.

Okawati pernah dipanggil Bung Karno ketika masih kecil, masih kelas satu SMP. "Dalam suatu acara, setelah menari, beliau memanggil saya untuk membersihkan jasnya yang penuh ditaburi bunga. Banyak orang melihat saya membersihkan baju beliau, saya bangga," ujar Okawati.

Dari kamar itu, saya menemui Ketua Umum PDI-P Megawati yang sedang duduk makan siang di satu meja bersama para kader partainya, yaitu Olly Dondokambey, Tjahjo Kumolo, Effendi MS Simbolon, Yasonna Hamonangan Laoly, dan I Wayan Koster. Ketika saya beri tahu tentang kamar 327, Megawati hanya tersenyum. Ketika saya katakan bahwa kamar 327 itu merupakan salah satu simbol kecil kebinekaan Nusantara, Megawati mulai bercerita tentang Indonesia Raya.

Kemudian, Megawati bercerita tentang pengalamannya tahun 2000 sampai 2001 ketika menjadi wakil presiden dan mendatangi wilayah konflik antarsuku dan agama di Kalimantan, Ambon, Maluku Utara, dan Maluku Tenggara. "Janganlah hanya demi ambisi berkuasa dan untuk kepentingan sesaat, kita mengorbankan banyak orang atau rakyat yang tidak berdosa. Jangan sampai beberapa generasi kita hilang. Untuk menghindari terjadinya bentrok semacam itu, saya selalu mencontoh ayah saya, yakni diam," ujar Megawati.

Rakernas Ke-2 PDI Perjuangan di Sanur, Sabtu sampai Minggu (20-21/5) tidak ditandai dengan pengerahan massa dan tidak ada kemeriahan simbol-simbol partai di sekitar tempat pertemuan. Rakernas ini merupakan yang pertama setelah pemilihan gubernur di DKI Jakarta dan Banten.

Tema dari Rakernas kali ini berbunyi "Bangkit bergerak berjuang bersama untuk Indonesia Raya". Selamat diam dan berjuang. (J Osdar)

(Baca juga: Sisi Lain Istana: Belajar dari Kegaduhan)
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Mei 2017, di halaman 2 dengan judul "Kamar Bung Karno".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi dan Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi dan Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Nasional
Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Nasional
Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Nasional
Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk 'Distabilo' seperti Era Awal Jokowi

Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk "Distabilo" seperti Era Awal Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com