Dari pergerakan sampai militer
Nuansa Jawa dan Minangkabau di sekolah dokter di Batavia, mulai surut di era generasi mulai 1940-an. Asal-usul para murid sudah lebih beragam, dari berbagai daerah di Indonesia.
Generasi tersebut yang kemudian melahirkan “produk” lain lagi dari sekolah dokter, kali ini lekat dengan dunia ketentaraan.
Menurut Rosihan, generasi anak sekolah dokter pada 1940-an adalah mereka yang terkena kewajiban menjalani pendidikan militer seperti Ika Daigaku pada masa pendudukan Jepang.
Muncullah nama-nama seperti Daan Jahja, Oetaryo, Subianto Margono Djojohadikusumo, dan Suwardjono.
Rosihan menyebut mereka sebagai "sayap militer" dari pendidikan kedokteran Indonesia pada suatu masa tersebut. Merekalah yang juga punya andil dalam sejarah TNI di Indonesia.
Namun, jauh sebelum generasi ini, nuansa pergerakan tetaplah lebih kental melekat pada murid-murid sekolah dokter tersebut. Boedi Utomo, tak bisa lepas dari jejak STOVIA, meski tak semua pendiri dan aktivisnya adalah elevees.
Hatta dan teman-temannya di Perhimpunan Indonesia yang pada 1925 melahirkan Manifesto Politik, juga punya keakraban mendalam dengan anak-anak sekolah dokter pada suatu masa tersebut. Soekarno, Presiden pertama Indonesia, pun begitu.
Nah, apakah kisah pada suatu masa itu masih bisa kita ketemukan sekarang?
Hanya Anda, saya, dan kita yang bisa menjawabnya lewat karya dan kerja-kerja nyata pada hari ini, untuk kelak catatan sejarah yang bakal menceritakan versi-versi dan implikasinya, termasuk bakal disebut sebagai apa generasi kita sekarang.
Selamat Hari Kebangkitan Nasional!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.