JAKARTA, KOMPAS.com - Komnas Perempuan menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Patmi (48 tahun) pada Selasa (21/3/2017) dini hari.
Petani asal kawasan Pegunungan Kendeng yang ikut aksi mengecor kaki itu meninggal karena serangan jantung dalam perjalanan dari kantor LBH Jakarta menuju Rumah Sakit St. Carolus, Salemba, Jakarta Pusat.
"Komnas Perempuan menyampaikan belasungkawa dan rasa kehilangan yang dalam atas meninggalnya Ibu Patmi," kata Ketua Komnas Perempuan Azriana melalui keterangan tertulis, Selasa (21/3/2017).
(Baca: Gubenur Jateng Utus Staf Temui Keluarga Mendiang Patmi Petani Kendeng)
Azriana menuturkan, Patmi merupakan perempuan yang berjuang menyelamatkan kelestarian lingkungan dan masyarakat di Pegunungan Kendeng sejak tahun 2006.
Menurut Azriana, kepergian Patmi menambah deretan panjang perempuan pembela HAM.
Azriana menilai, air, tanah, dan udara merupakan hak bagi perempuan. Kehilangan tanah merupakan kehilangan sumber kehidupan dan dimulainya pemiskinan.
(Baca: Patmi Tidak Mau Pulang karena Ingin Tetap Berjuang untuk Kendeng...)
"Ibu Patmi menjadi teladan mulia bagi para perempuan dan kita semua untuk tak kenal lelah berjuang menyelamatkan kelestarian alam. Dengan menyelamatkan kelestarian alam, merawat ekosistem, kita menyelamatkan manusia-manusia didalamnya sebagai bagian dari mahluk hidup dalam rantai kehidupan bumi," ucap Azriana.
Azriana mengatakan, Komnas Perempuan merekomendasikan kepada Pemda Jawa Tengah dan PT Semen Indonesia untuk mentaati proses pembuatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dengan tidak melanjutkan aktivitas penambangan.
(Baca: Kronologi Wafatnya Patmi, Petani Kendeng Usai Aksi Dipasung Semen)
Ia meminta pembuatan KLHS dilakukan secara transparan, independen, dan melibatkan masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.