Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Panjang Prangko Kita

Kompas.com - 13/03/2017, 11:27 WIB

oleh: Chris Pudjiastuti

Prangko menjadi alat bayar ketika kita mengirimkan surat menggunakan jasa pos. Dalam perjalanannya, prangko menjadi salah satu benda bernilai investasi bagi penggemarnya. Mereka disebut filatelis. Biasanya, mereka tidak hanya mengoleksi prangko, tetapi juga benda-benda pos lainnya, seperti sampul hari pertama sampai souvenir sheet. Mereka gemar mengoleksi benda filateli, antara lain, karena suka pada gambar prangko, menambah pengetahuan karena seri prangko sangat beragam, serta untuk bersosialisasi dan bernostalgia.

Kepopuleran prangko memudar setelah internet masuk dalam kehidupan masyarakat. Sebelumnya, hingga awal tahun 1990-an, masih banyak orang yang menggunakan jasa pos untuk berkirim kabar. Saking populernya, pada pertengahan 1980-an, sampai muncul lagu "Surat Cinta" (Vina Panduwinata). Simak sebagian liriknya, hari ini ku gembira// melangkah di udara// pak pos membawa berita// dari yang kudamba// sepucuk surat yang manis// warnanya pun merah hati// bagai bingkisan pertama// tak sabar kubuka// satu dua dan tiga// aku mulai membaca// surat cintaku yang pertama....

Perkumpulan

Di Indonesia, prangko diedarkan pada 1864. Oleh sebab itu, 1 April 1964 diterbitkan prangko peringatan 100 tahun digunakannya prangko di Tanah Air. Perkumpulan filatelis pertama, Bataviasche Vereeniging van Postzegelverzamelaars, berdiri pada 1924, kemudian menjadi Nederland Indische Vereeniging van Postzegelverzamelaars. Perkumpulan itu bubar bersamaan dengan pendudukan Jepang. Pada 1947, muncullah Algemeene Vereeniging Postzegelverzamelaars in Indonesie (AVPVI). Di sini, orang Indonesia mulai diterima menjadi anggota. Pada 1950-an AVPVI berubah menjadi Perkumpulan Umum Philatelist Indonesia (PUPI).

Setelah masa kemerdekaan, desain prangko semakin beragam. Ada seri batik, candi, pakaian adat, bulu tangkis, Pramuka, dan Olimpiade. Prangko pun menjadi penanda peristiwa. Misalnya, pada 1979 terbit prangko Garuda Indonesia untuk memperingati ulang tahun ke-30 maskapai penerbangan yang didirikan pada 26 Januari 1949 itu.

Tahun 1969, Perkumpulan Philatelis Indonesia (PPI) menjadi anggota Federation Internationale de Philatelie lewat kongres ke-39 di Sofia, Bulgaria. PPI memiliki cabang di Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, Medan, Balikpapan, Makassar, dan Manado. Salah seorang kolektor prangko terkemuka adalah mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Suryadi Suryadarma. Ia mengoleksi prangko sejak masih mahasiswa di Akademi Militer di Breda, Belanda. Koleksinya, antara lain, adalah prangko Nederland dan Nederland-Indie. Seiring berkembangnya jumlah filatelis, pameran prangko pun diadakan di berbagai kota. Di Jakarta, 1973-1975, misalnya, digelar sebanyak 13 pameran. Tahun 1993, harga koleksi prangko masih menjanjikan. Misalnya, souvenir sheet Fauna terbitan tahun 1992 berharga Rp 3.000, setahun kemudian Rp 10.000. Bahkan, prangko Pos Militer Surabaya terbitan 1949 harganya mencapai Rp 3 juta sebuah.
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Maret 2017, di halaman 10 dengan judul "Perjalanan Panjang Prangko Kita".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com