Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saran Presiden PKS untuk Cegah Korupsi yang Dilakukan Kader Partai

Kompas.com - 08/03/2017, 21:25 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman menyatakan, partai memiliki peran besar dalam mencegah kadernya korupsi.

Hal itu disampaikan Sohibul menanggapi banyaknya anggota DPR yang disebut terlibat dalam kasus korupsi e-KTP.

"Pertama yang paling berperan tentu partai. Di PKS ada BPDO (Badan Penegak Disiplin Organisasi) di DPP (Dewan Pimpinan Pusat)," kata Sohibul saat ditemui di Depok, Rabu (8/3/2017).

Sohibul menambahkan, partai harus memiliki mekanisme penyaringan yang ketat dalam merekrut anggota legislatif.

Ia menyatakan, partai harus melihat benar rekam jejak seseorang sebelum menjadikannya sebagai calon anggota legislatif.

Selain itu, menurut Presiden PKS, mekanisme pembiayaan partai saat ini juga memperbesar potensi korupsi di legislatif. Sebab, biasanya kader melakukan korupsi selain untuk memperkaya diri, juga untuk menambah pundi-pundi keuangan partai.

"Kami juga sudah pernah bicarakan dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) seperti ICW (Indonesia Corruption Watch)," ujar Sohibul.

"Bahkan juga dengan Mendagri (Menteri Dalam Negeri) dan pimpinan KPK, berbicara apa sih permasalahannya sehingga korupsi ini susah. Ternyata mereka berkesimpulan salah satunya karena tak ada pembiayaan dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)," tuturnya.

(Baca juga: PKS akan Minta Mundur Kadernya Bila Terlibat Korupsi E-KTP)

Karena itu, ia mengatakan, usulan pembiayaan partai dari APBN perlu dipertimbangkan.

Tentunya hal itu dilengkapi dengan sistem audit keuangan yang lebih ketat, termasuk sanksi yang tegas berupa pembubaran partai.

"Justru dengan adanya pembiayaan dari APBN punishment bisa lebih berat. Misalnya kalau yang paling ringan diskors dari pemilu," ujar Sohibul.

Kompas TV Sejak awal pekan ini, Anda para pengguna media sosial mungkin mendapatkan pesan berantai tetang dokumen yang diduga surat dakwaan sidang kasus dugaan korupsi proyek E-KTP. Kami sengaja tidak memperjelas tulisan yang diberi garis warna, karena belum ada konfirmasi resmi tentang kebenarannya. Meski demikian, dugaan korupsi berjamaah anggota DPR periode 2009 2014 pada proyek E-KTP semakin mencuat, karena KPK telah memeriksa para politisi baik yang masih aktif di DPR maupun tidak. Diantaranya, ada Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Ketua DPR Setya Novanto, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Sementara itu, juru bicara KPK Febri Diansyah meminta semua pihak untuk menunggu pembacaan surat dakwaan di persidangan, Kamis (9/3), terkait nama-nama politisi DPR yang beredar di media sosial.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Dewas

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Dewas

Nasional
Moeldoko Lantik Deputi IV dan V KSP, Isi Posisi Juri Ardiantoro dan Jaleswari Pramodhawardani

Moeldoko Lantik Deputi IV dan V KSP, Isi Posisi Juri Ardiantoro dan Jaleswari Pramodhawardani

Nasional
Jokowi Soroti Minimnya Dokter Spesialis, Indonesia Rangking 147 Dunia

Jokowi Soroti Minimnya Dokter Spesialis, Indonesia Rangking 147 Dunia

Nasional
Defisit Produksi Minyak Besar, Politisi Golkar: Ubah Cara dan Strategi Bisnis

Defisit Produksi Minyak Besar, Politisi Golkar: Ubah Cara dan Strategi Bisnis

Nasional
Airlangga: Jokowi dan Gibran Sudah Masuk Keluarga Besar Golkar

Airlangga: Jokowi dan Gibran Sudah Masuk Keluarga Besar Golkar

Nasional
Terima Kasih ke Jokowi, Prabowo: Pemilu Tertib atas Kepemimpinan Beliau

Terima Kasih ke Jokowi, Prabowo: Pemilu Tertib atas Kepemimpinan Beliau

Nasional
1 Juta Warga Berobat ke Luar Negeri, Jokowi: Kita Kehilangan Rp 180 T

1 Juta Warga Berobat ke Luar Negeri, Jokowi: Kita Kehilangan Rp 180 T

Nasional
Kronologi Ganjar Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, KPU Telat Kirim Undangan

Kronologi Ganjar Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, KPU Telat Kirim Undangan

Nasional
Kala Hakim MK Beda Suara

Kala Hakim MK Beda Suara

Nasional
Usai Penetapan Presiden-Wapres Terpilih, Gibran Sambangi Warga Rusun Muara Baru sambil Bagi-bagi Susu

Usai Penetapan Presiden-Wapres Terpilih, Gibran Sambangi Warga Rusun Muara Baru sambil Bagi-bagi Susu

Nasional
Disebut Bukan Lagi Kader PDI-P, Gibran: Dipecat Enggak Apa-apa

Disebut Bukan Lagi Kader PDI-P, Gibran: Dipecat Enggak Apa-apa

Nasional
PKS Bertandang ke Markas Nasdem Sore Ini

PKS Bertandang ke Markas Nasdem Sore Ini

Nasional
Respons Anies Usai Prabowo Berkelakar soal Senyuman Berat dalam Pidato sebagai Presiden Terpilih

Respons Anies Usai Prabowo Berkelakar soal Senyuman Berat dalam Pidato sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Usai Puja-puji Pers, Prabowo Tiadakan Sesi Tanya Jawab Wartawan

Usai Puja-puji Pers, Prabowo Tiadakan Sesi Tanya Jawab Wartawan

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Kekayaan Prabowo Capai Rp 2 Triliun

Jadi Presiden Terpilih, Kekayaan Prabowo Capai Rp 2 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com