JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Tim Asistensi Badan Pengawas Pemilu Abdul Ghofur menilai, sejumlah daerah yang rawan konflik dalam penyelenggaraan pilkada 2017 perlu menjadi perhatian.
Tiga dari sejumlah daerah yang paling rawan konflik, di antaranya adalah Aceh, Papua, dan Papua Barat.
Menurut Ghofur, antisipasi kerawanan konflik di tiga daerah tersebut kurang dapat perhatian publik lantaran tertutup dengan dinamika pilkada di DKI Jakarta.
"Konflik kekerasan ini tertutup dengan soal-soal pelaksanaan pilkada di DKI Jakarta," kata Ghofur dalam diskusi di kantor Bawaslu, Jakarta Pusat, Kamis (9/2/2017).
"Jadi ini saya kira isu menarik untuk didiskusikan. Saya berharap, daerah-daerah di Aceh, Papua, dan Papua Barat mendapatkan perhatian dari sisi konflik," ucapnya.
Menurut Ghofur, tren konflik kekerasan selama penyelenggaraan pilkada berangsur menurun sejak 2009 hingga pilkada serentak periode pertama, yakni 2015.
Tetapi pada pilkada serentak periode kedua, yakni 2017, Bawaslu memperkirakan angka konflik kekerasan akan meningkat.
"Jadi pada 2015 itu cenderung turun sekali, tapi 2017 ini menyimpan potensi yang cukup tinggi berdasarkan pengamatan kami," kata dia.
Misalnya, di Aceh. Ada sejumlah wilayah yang kali ini menggelar pilkada serentak dan berpotensi muncul konflik kekerasan, yakni di Kabupaten/Kota Pidie, Aceh Utara, Bireun, dan Aceh Timur.
Empat wilayah ini, kata Ghofur, perlu diwaspadai karena merupakan basis wilayah mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Ghofur mengatakan, pihaknya sudah menerima sejumlah laporan intimidasi terkait pelaksanaan pilkada di Aceh.
"Sempat terjadi penembakan terhadap mobil pasangan calon tertentu dan diduga dilakukan oleh pasangan calon tertentu juga. Selain itu, adanya kelompok sipil bersenjata (KSB)," kata dia.
(Baca juga: Jelang Pilkada, Kerawanan Jakarta Meningkat, Aceh Menurun)
Sementara di Papua dan Papua Barat, ada 11 wilayah akan menggelar pemilihan bupati. Berdasarkan catatan Bawaslu, kata Ghofur, ada sejumlah daerah yang rawan konflik kekerasan, yakni Kabupaten/Kota Tolikara, Lanny Jaya, Puncak Jaya, Jayapura, dan Yapen.
Ghofur mencontohkan pada pemilihan kepala daerah tahun 2012 di Tolikara. Saat itu, ada 29 orang tewas lantaran konflik antar pendukung pasangan calon.
"Antar-pasangan calon pendukung perang. Dan ini menurut catatan kami ada rivalitas antara pasangan dua calon," kata dia.