Bangunan Masjid Lautze terdiri dari empat tingkat. Lantai pertama dan kedua berfungsi sebagai tempat ibadah. Lantai ketiga adalah kantor yayasan, sementara di lantai keempat merupakan aula.
"Pas shalat Jumat lantai satu dan dua masjid penuh dengan umat jumlahnya kira-kira ratusan orang lebih," ujar Ngatimin.
Ramai di hari Minggu
Meski Masjid Lautze dikenal sebagai lokasi syiar Islam ke kalangan Tionghoa, namun dalam kesehariannya tidak semua jemaah adalah orang Tionghoa.
Ngatimin menjelaskan bahwa Muslim Tionghoa baru ramai terlihat pada hari Minggu. Tak hanya beribadah, mereka yang merupakan mualaf sedang mendalami ajaran agama Islam.
Adapun soal jumlah, Ngatimin mengatakan, jumlah umat Muslim Tionghoa yang datang berkisar 11-12 orang.
"Setiap seminggu sekali secara bergantian mereka harus khotbah di masjid ini, di depan umat," ujar Ngatimin yang sudah menjadi marbot di sana selama 6 tahun.
Bukan hanya untuk ibadah, yayasan pengelola Masjid Lautze menyediakan layanan kesehatan di lantai dua. Pengobatan yang buka setiap Selasa dan sudah berlangsung selama satu tahun itu terbuka untuk masyarakat golongan ekonomi tak mampu.
Bahkan, menurut Muhammad Ali Karim, tak hanya obat dan biaya dokter yang gratis, pihaknya bisa merujuk pasien ke rumah sakit bila diperlukan.
"Kami ini kan kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), jadi bukan kami yang bayar tapi mereka," ujar Ali Karim yang punya nama China Oei Tek Lie.