JAKARTA, KOMPAS.com - Imam besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menganggap polisi mengemban misi yang sama dengan ulama.
Silaturahim Polri dengan ormas Islam yang dilakukan ini pun agar ada kesamaan pandangan para tokoh agama dan polisi dalam pengendalian keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat.
"Sebetulnya misi polisi dan ulama banyak sekali kesamaan, sedikit sekali perbedaan. Jadi sama-sama ingin memberikan pembinaan terhadap umat dan warga bangsa," ujar Nasaruddin di auditorium PTIK, Jakarta, Selasa (31/1/2017).
Adapun yang menjadi tantangan polisi dan ulama ke depan adalah memelihara kesatuan masyarakat. Mereka pun berkewajiban menentramkan suasana di tengah gejolak seperti yang belakangan terjadi.
Terlebih lagi, pilkada serentak sudah di depan mata, sehingga mengantisipasi konflik masyarakat yang akan timbul.
"Ada beberapa fenomena yang menarik akhir-akhir ini, memerlukan kesadaran kebangsaan. Dan para ulama diminta juga untuk ikut bersama-sama mencitpakan suasana ketenangan," kata Nasaruddin.
Selain mendeteksi dini gangguan keamanan di dalam, polisi dibantu ulama memproteksi ancaman dari luar. Misalnya terkait kebijakan Presiden AS Donald Trump mengenai kelompok Islam radikal.
Masyarakat Indonesia dikhawatirkan bereaksi dan menimbulkan kekacauan yang lebih besar jika tak diantisipasi. Meski demikian, Nasaruddin melihat pendekatan seperti itu juatru akan melahirkan ketegangan.
"Jangan sampai nanti menimbulkan riak-riak yang tidak perlu, apalagi Indonesia tidak masuk negara yang disebut," kata dia.
Dalam pertemuan juga diusulkan agar pertemuan antara Polri dan ormas Islam dijadikan kegiatan rutin. Dengan demikian, tak ada jarak antara para alim ulama dan polisi.
"Saya melihat kalau ada jarak memang harus dicairkan ya. Dialog adalah cara baik untuk selesaikan persoalan," kata dia.