JAKARTA, KOMPAS.com – Dua kasus kekerasan di dunia pendidikan terjadi di awal tahun 2017.
Kasus pertama terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Sementara yang kedua terjadi terhadap mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Total empat orang tewas dalam dua kasus itu.
Wakil Presiden Jusuf Kalla tak menampik bila kasus kekerasan di dunia pendidikan masih ada.
Namun, ia mengatakan, pemerintah selama ini telah berupaya untuk menghilangkan budaya itu.
“Kan pemerintah menghilangkan itu, semacam perpeloncoan zaman dulu atau pengenalan kampus dengan cara fisik gitu kan,” kata Kalla di Kantor Wapres, Kamis (26/1/2017).
Terkait kasus terakhir yang menimpa mahasiswa UII, Wapres menilai, hal itu tidak sepenuhnya menjadi kesalahan pihak penyelenggara pendidikan.
“Ini kalau tidak salah kejadiannya di luar kampus,” ujarnya.
Sebelumnya, seorang taruna tingkat I STIP Cilincing, Amirullah Adityas Putra (19), tewas di tangan seniornya saat menjalani “tradisi” menurunkan keterampilan alat musik tam-tam, bagian dari drum band.
(Baca: Evaluasi Kekerasan di STIP, Taruna Tingkat I Dipindah ke Tangerang)
Sebanyak lima orang, yakni SM, WH, I, AR, dan J, jadi tersangka dalam kasus ini.
Yang terbaru, tiga mahasiswa UII tewas saat menjalani pelatihan dasar The Great Camping (TGC) XXXVII Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) di lereng selatan Gunung Lawu di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada 13-20 Januari 2017.
(Baca: Salah Satu Mahasiswa UII yang Masih Dirawat Alami Trauma)
Tiga mahasiswa UII yang tewas tersebut adalah Syaits Asyam (19), Muhammad Fadli (19), dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20).