JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid, mengimbau masyarakat tetap tenang dan menanggapi aksi pelemparan bom molotov di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur pada Minggu (13/11/2016) sebagai teguran untuk meningkatkan rasa persatuan.
"Menguatkan kebhinekaan, saling mengayomi, meningkatkan resiliensi sebagai anggota masyarakat," ujar Yenny saat dihubungi, Selasa (15/11/2016).
Ia menjelaskan, secara sederhana resiliensi diartikan sebagai sikap atau kepribadian yang kokoh dan berpendirian.
Istilah itu juga menggambarkan individu yang tidak mudah diprovokasi oleh berbagai hal yang tujuannya memecah belah persatuan dan sarat akan intoleransi.
Maka dari itu, ia mengimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya pemuda dan pemudi, untuk dapat memproteksi diri dari berbagai hal yang bersifat intoleran.
"Tidak ikut menyebarkan ujaran kebencian, jika dapat kabar pesan online yang aneh kita bisa berfikir kritis, ini hoax atau enggak. Jadi tingkatkan resiliensi," kata dia.
"Lebih baik energi dialihkan ke hal-hal yang lebih berprestasi," tambah dia.
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan resiliensi ini, kata Yenny, seluruh lapisan masyarakat ikut berpartisipasi menjaga lingkungan tempat tinggalnya.
"Misalnya RT RW harus lebih menguatkan koordinasi, peningkatan keamanan masing masing," kata dia.
Sebelumnya, terjadi ledakan di depan Gereja Oikumene, Samarinda. Intan Olivia Marbun (3) meninggal dunia akibat ledakan itu. Sedangkan Trinity Hutahaean (4) mengalami kritis dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah AW Syahranie.
Korban lainnya, yakni Alvaro Aurelius (4) dan Anita Kristobel (2), dirawat di Rumah Sakit IA Moies.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.