Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Menteri Retno yang Tak Pernah Lepas dari "Gadget"

Kompas.com - 08/10/2016, 12:11 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengaku selalu menenteng gadget-nya ke mana pun dia pergi. Hal itu bukan karena dia kecanduan dengan ponselnya.

Namun, pekerjaannya menuntutnya untuk tak bisa lepas dari ponsel. Bahkan, saat memberi kata pembuka dalam acara Kompasianival, Retno sambil menenteng ponsel di tangan kanannya.

Dia bisa menerima dan mengirim informasi dengan cepat lewat ponselnya meski bukan model terkini.

"Saya tidak bisa ketik di touch screen. Saya diajari anak saya, meleset terus. Makanya, saya pakai HP jadul (zaman dulu) ini asal bisa cepat," kata Retno di Gedung Smesco, Jakarta, Sabtu (8/10/2016).

Retno mengatakan bahwa sebagai menteri yang terkoneksi dengan banyak pihak, termasuk dari luar negeri, informasi yang datang tak kenal waktu. Bahkan, ia selalu membawa ponselnya saat mandi.

Ketika di kamar mandi, kata Retno, nada deringnya sengaja dikencangkan agar saat ada panggilan darurat bisa langsung dijawab. Pernah satu waktu, saat Retno mandi, ponselnya terus berdering, tetapi tak sempat dijawab.

Begitu menengok ponselnya, ternyata masuk informasi dari diplomat bahwa ada krisis yang terjadi di suatu negara terkait warga negara Indonesia. Diplomat tersebut butuh arahan darinya untuk langkah penanganan.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi berbicara dalam acara Kompasianival 2016 di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Sabtu, (8/10/2016).
"Saya hidup dengan gadget ini 24 jam. Saat tidur, ini ada di sebelah kanan dari posisi saya tidur," kata Retno.

"Kami tidak punya opsi lain. Ini bagian dari cara kerja kami dalam era digital," katanya.

Retno mengungkap contoh pentingnya media sosial dalam gadget yang dia miliki. Tahun lalu, ada peristiwa besar terjadi di Yaman. Ribuan warga negara Indonesia harus segera dievakuasi karena ada konflik terbuka di sana.

Retno kemudian menggunakan ponselnya untuk berkoordinasi dengan pemerintahan dan kedutaan setempat untuk tindakan evakuasi.

Dengan bantuan media sosial dan layanan pesan singkat, komando dari Jakarta dapat diterima dengan cepat oleh sejumlah pihak di Yaman.

"Semua kita lakukan real time dengan gadget ini. Dengan teknologi yang ada, teamwork luar biasa, dengan tanggung jawab kita, lebih dari 2.000 WNI bisa dievakuasi dengan selamat dari Yaman," kata Retno.

Selain harus cepat, Retno menyatakan bahwa pekerjaannya juga butuh ketepatan. Jangan sampai hanya mengandalkan cepatnya mengeluarkan informasi tertentu, tetapi mengabaikan akurasi di dalamnya.

Jika itu terjadi, muncul krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Menurut Retno, lebih baik agak terlambat menginformasikan daripada informasi yang diberikan tidak tepat.

Selain itu, jangan ada informasi yang ditutup-tutupi karena tak ada yang bisa disembunyikan pada era yang serba terbuka. "Kita butuh kejujuran untuk menceritakan apa yang terjadi. Jadi, kita harus cepat, tepat, dan jujur," kata Retno.

Kompas TVBantuan Kemlu Untuk 177 Jemaah Haji yang Ditahan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Satkar Ulama Dukung Airlangga Jadi Ketum Golkar Lagi, Doakan Menang Aklamasi

Nasional
Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Gibran Temui Prabowo di Kertanegara Jelang Penetapan Presiden-Wapres Terpilih

Nasional
KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

KPU Batasi 600 Pemilih Tiap TPS untuk Pilkada 2024

Nasional
Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Dianggap Sudah Bukan Kader PDI-P, Jokowi Disebut Dekat dengan Golkar

Nasional
PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com