JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar, Nusron Wahid, mempertanyakan hasil survei pilkada DKI Jakarta 2017 yang menunjukkan hasil berbeda-beda.
Bahkan, perbedaan hasil antara satu lembaga survei dengan lembaga survei yang lain terlampau jauh.
"Hasil surveinya berbeda-beda kan. LSI Ahok dapat 31 persen, Populi 45 persen," kata Nusron di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat (6/10/2016).
Dalam survei yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI), pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung Golkar berada di posisi pertama mengalahkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.
Ahok-Djarot memperoleh 31,4 persen responden, Anies-Sandiaga 21,1 persen, dan Agus-Sylvi 19,3 persen.
Meski unggul, elektabilitas Ahok disebut terus menurun dan berpotensi disalip oleh dua pesaingnya.
(Baca juga: Elektabilitas Ahok Turun, Golkar Akui Sulit Menang Satu Putaran)
Sementara dalam survei Populi Center, Ahok-Djarot masih unggul jauh di angka 45,5 persen. Hanya 23,5 persen memilih pasangan Anies-Sandiaga, dan 15,8 persen memilih pasangan Agus-Sylviana.
Kedua survei sama-sama dilakukan pada akhir September.
"Bukan survei enggak akurat, semua survei saya anggap akurat. Tapi artinya ada perbandingan, karena ada perbandingan ya lebih baik kita tunggu saja," kata Nusron.
Kalau pun survei LSI yang menunjukkan elektabilitas Ahok-Djarot 31 persen akurat, Nusron mengaku tetap tidak khawatir.
Sebab, masih ada swing voters atau masyarakat yang belum menentukan pilihan sebanyak 28,2 persen. Dia yakin mayoritas swing voters itu akan mendukung Ahok-Djarot.
"Sekarang kan ya pasti pemilih itu juga cerdas. Yang swing voters itu akan memilih orang yang terbukti bekerja," kata dia.
(Baca juga: KPU DKI: Lembaga Survei Tidak Boleh Jadi Corong Kepentingan Politik)