JAKARTA, KOMPAS.com – Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menilai, Golkar saat ini tengah berupaya merebut Presiden Joko Widodo dari parpol pendukung dan pengusungnya, PDI Perjuangan.
Langkah itu dilakukan setelah Golkar melihat adanya ketidakharmonisan hubungan antara Jokowi dengan PDI-P selama beberapa waktu terakhir.
Ia mengatakan, dukungan politik yang disampaikan Golkar kepada Jokowi pada penyelenggaraan Munaslub dan Rapimnas tahun ini, merupakan salah satu indikasinya.
Dalam kedua kesempatan itu, Golkar menyatakan siap mendukung Jokowi apabila ia ingin mencalonkan kembali sebagai presiden pada Pemilu 2019.
(Baca: Golkar Dukung Jokowi, Setya Novanto Mengaku Tak Incar Jabatan Apa Pun)
“Golkar memang ingin mengambil alih Jokowi. Golkar membaca tidak harmonisnya hubungan PDI-P, dalam hal ini Bu Mega dengan Jokowi, sehingga Golkar bersedia menyediakann wadah,” kata Syamsuddin saat diskusi bertajuk Jokowi: Koalisi dan Manuver 2019 di Jakarta, Jumat (5/8/2016).
Selain ingin mengambil alih, menurut Haris, ada tiga faktor lain yang menjadi alasan Golkar mendukung Jokowi.
Pertama, adanya kesamaan haluan politik antara Jokowi dengan Golkar.
“Bahwa pembangunan yang dilakukan Jokowi sesuai dengan yang dibayangkan Golkar, sesuai ideologi Golkar, tulus lah. Kita asumsikan begitu saja,” kata dia.
(Baca: Jokowi Tolak Tanggapi Dukungan Golkar untuk Pilpres 2019)
Kedua, Golkar ingin meraih keuntungan elektoral pada Pemilu 2019 mendatang dengan mendompleng popularitas Jokowi.
Alasan itu cukup krusial, sebab Golkar ingin memastikan kemenangan mereka pada pemilu mendatang yang rencananya akan digelar serentak antara pileg dan pilpres.
“Ketiga, bahwa dengan deklarasi dukungan pencalonan Jokowi, Golkar ingin menitipkan supaya ‘mbok ya dapat jatah wapres dari Golkar’ bila Jokowi maju kembali,” ujar dia.