Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Warga Lingga Tolak Relokasi Pengungsi Sinabung

Kompas.com - 01/08/2016, 17:46 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Servis Ginting berharap Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dapat mengungkap fakta dibalik kericuhan yang terjadi pada Jumat (29/7/2016) lalu.

Kericuhan itu bermula dari penolakan warga atas program relokasi pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung.

"Harapan warga ya untuk mengungkap fakta, motif apa yang lain di luar rencana yang diterima masyarakat ini. Soalnya perencanaan ini jelas-jelas kami sudah menolak, bukan itu saja permasalahnnya bukan permasalah lahan saja," ujar Servis di Komnas HAM, Menteng Jakarta Pusat, Senin (1/8/2016).

Sementara itu, Juru Bicara warga Desa Lingga, Arya Sinulingga, menjelaskan bahwa penolakan dan kemarahan warga bukan pada relokasinya, tetapi pada perubahan kebijakan yang diterapkan.

Kemarahan ini akhirnya menciptakan kericuhan dan pembakaran sejumlah alat berat.

(Baca: Kapolri Sebut Warga Desa Lingga Ingin Korban Sinabung Direlokasi di Desa Lain)

Arya mengatakan, pada awalnya pihak pengembang menjanjikan pembangunan pasar di wilayah tersebut. Namun kemudian, wilayah tersebut justru akan dijadikan proyek relokasi warga erupsi Gunung Sinabung.

"Pada saat dibeli tanah tersebut oleh pengembang itu dikatakan untuk pasar, bukan untuk relokasi pengungsi," kata dia.

Ia mengatakan, luas wilayah di desa Lingga lebih kurang ada 1.600 hektar, sementara jumlah penduduk di sana saat ini sekitar 1.000 kepala keluarga (KK). Penduduk Lingga mengandalkan sektor pertanian untuk kehidupannya.

Kemudian, lanjut dia, pada relokasi ini akan masuk lagi 1.600 KK. Bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang terbatas itu, akan memicu terjadinya konflik sosial ke depannya.

(Baca: Program Relokasi Pengungsi Sinabung Berujung Ricuh, Satu Warga Tewas)

"Lahan seluas 1.600 hektar dibagi 1000 (KK) artinya (tiap warga saat ini) hanya (mengolah lahan) 1,6 hektar. Kalau ditambah 1600 KK lagi itu kan mengecil tanah yang bakal dijadikan pertanian. Nanti, ada rebutan tanah dan lain sebagainya. Itu yang kami lihat ada konflik sosial ke depan," kata dia.

"Jadi yang kami lihat bukan menolak pengungsinya, tapi kenapa tidak dikaji lebih jauh, kenapa masyarakat setempat tidak pernah ditanya, kenapa kebijakan ini dilakukan seakan akan ada pemaksaan," ujarnya.

Sebelumnya, program relokasi pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, berujung ricuh dan menewaskan seorang warga, Jumat (29/7/2016).

(Baca: Warga Lapor ke Komnas HAM soal Kekerasan dalam Bentrokan Relokasi Pengungsi Sinabung)

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting di Medan, Jumat malam, mengatakan, kerusuhan diawali pembakaran alat berat dan tenda pos polisi di Desa Lingga yang menjadi lahan relokasi tahap kedua.

Satu orang warga tewas dalam kericuhan ini. Sementara itu, untuk mengusut adanya tindak kekerasan yang dilakukan aparat saat peritiwa tersebut, warga Lingga sudah melaporkannya ke Komnas HAM.

Kompas TV Kronologi Penyerangan Polres Karo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com