JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan meyakini sel kelompok teroris di Poso tak akan berkembang karena pimpinan mereka, Santoso, sudah tewas tertembak.
Ia menilai sosok Santoso lah yang selama ini paling berpengaruh dalam mengembangkan sel-sel terorisme di Poso.
Sementara sosok lainnya yang masih berkeliaran di Hutan belantara Poso seperti Basri, menurut dia tidak akan terlalu berpengaruh.
(Baca: Pasca-Tewasnya Santoso, Warga Harus Tunjukkan KTP Saat Melintas)
"Saya kira tentu makin sulit (mengembangkan sel baru) karena tekanan dari operasi yang dilakukan TNI polri ini cukup efektif," kata Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (20/7/2016).
Meski demikian, Luhut menegaskan bahwa operasi Tinombala yang dilakukan untuk mengejar kelompok Santoso tidak akan langsung dihentikan.
"Ya kita evaluasi dulu beberapa waktu ke depan, setelah itu baru diputuskan," tambah Luhut. Luhut pun mengimbau 19 orang kelompok Santoso yang masih bersembunyi di hutan untuk menyerahkan diri.
"Yang masih di atas (gunung) karena bagaimanapun mereka warga negara Indonesia kalau mereka bisa turun (menyerahkan diri) akan lebih baik," ucap dia.
(Baca: Luhut Ungkap Kronologi Kematian Santoso, sejak Pemantauan hingga Identifikasi)
Santoso dan seorang anggota kelompoknya bernama Mukhtar tewas dalam baku tembak dengan Satgas Operasi Tinombala di pegunungan Tambarana, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (18/7/2016).
Sementara tiga orang lainnya yang berada di lokasi baku tembak melarikan diri. Diketahui, tiga orang itu terdiri dari dua perempuan dan seorang laki-laki. Di lokasi ditemukan sepucuk senjata jenis M16.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.