Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
F.X. Lilik Dwi Mardjianto
Ketua Program Studi Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara

pengagum jurnalisme | penikmat sastra | pecandu tawa riang keluarga

Perlukah Media "Online" Meminta Maaf Jika Terjadi Kesalahan?

Kompas.com - 30/05/2016, 20:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Sebagai upaya literasi, tulisan sederhana ini utamanya ditujukan kepada mereka yang bukan wartawan. Mengapa demikian?

Salah satu alasannya adalah hak publik. Sudah sepatutnya seseorang harus saling memastikan bahwa sesamanya mendapat  informasi yang benar, adil, dan bertanggung jawab ketika “melahap” informasi dari media online atau daring.

Namun, tulisan ini juga bukan barang haram bagi wartawan. Paling tidak sebagai sarana untuk saling berbagi cerita.

Meminta maaf adalah tradisi panjang di bidang jurnalistik. Sejumlah media cetak pernah melakukan kesalahan dan, dengan sadar dan rendah hati, meminta maaf kepada masyarakat.

Sebut saja kisah kontroverisal The New Republic di tahun 1998. Majalah yang berbasis di Washington DC itu tercatat pernah meminta maaf untuk 27 berita palsu yang pernah diterbitkan.

Tidak hanya meminta maaf, majalah itu juga harus menghadapi tuntutan dari  banyak pihak serta memecat wartawan andalan mereka, Stephen Glass.

Selama proses klarifikasi, tim The New Republic menemukan 27 dari 41 berita yang ditulis oleh Glass adalah cerita fiktif.

Majalah yang terbit sejak 1914 itu merasa tertipu karena dalam serangkaian tahap pengecekan fakta sebelum menerbitkan berita, Glass berhasil menujukkan catatan dan bukti komunikasi dengan narasumber.

Patut diduga, Stephen Glass tidak hanya memalsukan berita, namun juga bukti-bukti pendukungnya.

The New Republic memang mengalami masalah yang berat. Derajat kesalahan si wartawan, Stephen Glass, juga tidak bisa dibilang ringan.

Bagi sebuah media cetak, tidak ada tindakan selain meminta maaf dan meralat untuk sebuah kesalahan. Hal itu sangat masuk akal karena seluruh majalah sudah tercetak dan tersebar ke pembaca.

Pertanyaannya, bagaimana dengan media online? Bukankah teknologi memungkinkan setiap orang menyunting berita dengan mudah dan memperbaikinya jika terjadi kesalahan?

Pura-pura benar

Bobot kesalahan memang bervariasi. Ada kesalahan yang bobotnya besar, namun ada juga yang ringan.

Konsekuensi hukum untuk jenis-jenis kesalahan juga tidak seragam. Kesalahan berat tentu akan mendapatkan hukuman serius, berbeda dengan kesalahan yang lebih ringan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com