Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Minta Para Korban Lain dari Aksi Pengusaha Cabul di Kediri Lapor Polisi

Kompas.com - 17/05/2016, 20:04 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Korban pencabulan oleh SS (60), seorang pengusaha di Kediri, Jawa Timur, diduga tidak hanya 17 orang seperti yang diketahui setelah melaporkan diri ke kepolisian.

Diperkirakan masih ada sekitar 41 korban SS lain yang usianya masih di bawah umur.

Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengimbau  orangtua dari anak-anak yang merasa menjadi korban tindak pencabulan SS untuk segera melapor ke pihak kepolisian.

"Kepada mereka yang merasa menjadi korban yang apabila belum sempat diambil keterangan oleh petugas lapor diri segera," ujar Boy di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (17/5/2016).

Dengan adanya fakta baru yang didapatkan, maka penyidik bisa melakukan pengembangan perkara.

Pencabulan oleh SS rata-rata terjadi pada tahun 2015. Tercatat, ada 17 bocah perempuan yang dilaporkan menjadi korban pencabulan SS.

Dari 17 kasus, lima di antaranya sudah dalam proses pengadilan. Dari lima kasus, dua diproses di Pengadilan Negeri Kota Kediri, sedangkan tiga lainnya di Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri.

Dari rentang waktu antara kejadian dan proses persidangan, Boy menganggap sebagian korban masih takut untuk melapor.

Hal itu lah yang membuat penyidikan ini terkesan lambat dari waktu kejadian.

"Kalau cepat korban melapor dan bukti awal permulaan cukup, cepat untuk disidik dan menetapkan seseorang menjadi tersangka," kata Boy.

Kasus SS diungkap oleh Juru Bicara Masyarakat Peduli Kediri, Ferdinand Hutahaen.

Ia mengatakan, kasus ini baru diangkat karena mereka baru menerima laporan, sekitar dua pekan lalu, dari rekan-rekannya yang berada di Kediri.

"Setelah kami mengecek ke lapangan, ternyata begitu banyak kejanggalan. Kami juga melihat Saudara SS ini mendapat perlakuan khusus karena kekuatan finansialnya," kata Ferdinand.

Pada kesempatan itu, salah seorang korban SS dihadirkan, yakni AK (13). Pencabulan yang menimpa AK terjadi pada salah satu hari dalam bulan Maret 2015.

Sekitar pukul 10.00, AK dijemput oleh salah seorang teman sebayanya, IG (13), yang tiba dengan SS menggunakan mobil di depan RS Gambiran.

AK dan IG kemudian dibawa oleh SS ke Hotel Bukit Daun. Sepanjang perjalanan, AK tercatat tiga kali dicekoki pil KB oleh SS, yakni saat akan berangkat, di tengah perjalanan, dan di dalam hotel.

Selama berada di dalam kamar hotel, AK mengaku sudah dalam keadaan pusing. Saat itulah, ia menyebut SS memintanya untuk bugil bersama dengan IG.

"Jadi yang dicabuli oleh SS ini tidak cuma satu, tetapi bersamaan dengan korban yang lain," ujar Ferdinand.

Kompas TV Pengusaha Ini Cabuli 17 Anak Bawah Umur

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Nasional
Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Nasional
Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Nasional
Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk 'Distabilo' seperti Era Awal Jokowi

Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk "Distabilo" seperti Era Awal Jokowi

Nasional
Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Nasional
KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

Nasional
Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Nasional
Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Nasional
Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Nasional
Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Nasional
Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com