JAKARTA, KOMPAS.com - Lokakarya menjelang Simposium Nasional Tragedi 1965 diakui Ketua Panitia Pengarah Simposium Letjen TNI Purnawirawan Agus Widjojo, memiliki dinamika yang tinggi.
"Kami terus melakukan persiapan-persiapan karena dinamikanya sangat tinggi. Kami menyadari itu adalah sebuah topik isu yang sensitif," ujar Agus di Istana Presiden, usai dilantik menjadi Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional, Jumat (15/4/2016).
Salah satu tingginya dinamika itu, yakni pembubaran Lokakarya dan temu kangen antara korban kekerasan 1965 dari seluruh Indonesia oleh sekelompok orang di kawasan Cisarua, Bogor, Kamis (14/4/2016) kemarin.
Agus tidak mau menanggapi insiden itu terlalu jauh. Sebab, hal tersebut seharusnya dijawab oleh aparat penegak hukum saja, yakni tentang mengapa sekelompok orang bisa membubarkan acara tersebut.
Agus memastikan bahwa acara serupa akan terus digelar di waktu mendatang.
Lokakarya itu adalah pertemuan sembari diskusi pihak-pihak yang terlibat, baik secara langsung atau tidak dalam sebuah peristiwa pelanggaran HAM berat di masa lalu.
Acara-acara itu akan bermuara pada rekomendasi kepada pemerintah, yakni rekonsiliasi peristiwa pelanggaran HAM berat di masa lalu.
"Bisa dikatakan ini eksperimen untuk mencoba. Tapi kalau semua diam mau ke mana kita? Tidak akan ada perubahan kan? Lebih baik kita mencoba terus jadi kita tahu di mana kita salah di mana kita lemah agar memperbaiki," ujar Agus.