JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Kebijakan Publik Busyro Muqoddas mengatakan, saat ini pihaknya masih memegang dua gepok uang dari Polri untuk keluarga terduga teroris asal Klaten, Siyono.
Uang tersebut diterima istri Siyono, Suratmi, sebagai uang santunan.
"Uang dua gepok masih dalam simpanan kami, tim advokasi," ujar Busyro di Mabes Polri, Jakarta, Senin (4/4/2016).
Suratmi menyerahkan dua gepok uang ke PP Muhammadiyah dalam keadaan utuh dan masih terbungkus rapi. Keluarga Siyono enggan menerima pemberian Polri tersebut.
Busyro mengatakan, Muhammadiyah pun belum memutuskan apakah uang tersebut akan dikembalikan kepada Polri, atau ada pilihan lainnya.
"Untuk mengembalikan atau tidak, tim advokasi akan berembuk dulu. Nanti kami akan rembukan," kata Busyro.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti membantah pemberian uang ke keluarga Siyono sebagai sogokan untuk tak mempermasalahkan kematiannya.
Badrodin menganggap wajar bahwa pemberian uang itu sebagai tanda dukacita. Ia pun tak mempermasalahkan jika keluarga enggan menerimanya.
(Baca: Kapolri Bantah Pemberian Dua Gepok Uang ke Keluarga Siyono sebagai Sogokan)
"Begini ya, namanya kemanusiaan. Kalau tidak mau terima, ya tidak apa-apa," kata Badrodin.
Suratmi, istri terduga teroris almarhum Siyono, mengaku kepada PP Muhammadiyah bahwa dirinya sempat diberi uang dua gepok saat berada di Jakarta.
Uang yang dibungkus koran dan diikat plakban berwarna coklat itu diberikan seseorang yang diduga salah satu anggota Polwan untuk biaya pemakaman suaminya dan biaya santunan untuk anak-anaknya.
Padahal, pihak keluarga hanya meminta agar Siyono diotopsi karena menganggap kematiannya tidak wajar.
(Baca: Diminta Ikhlaskan Kematian Suaminya, Istri Siyono Diberi Uang Dua Gepok)
Hingga diserahkan kepada PP Muhammadiyah, dua bungkus uang itu sama sekali tidak dibuka oleh Suratmi. Selain memberikan uang, ia juga diminta untuk mengikhlaskan kepergian suaminya, Siyono.