Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr M Subhan SD
Direktur PolEtik Strategic

Direktur PolEtik Strategic | Founder Mataangindonesia Social Initiative | msubhansd.com | mataanginsaguling.com

DPR, Gedung Baru, dan Perpustakaan

Kompas.com - 28/03/2016, 18:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memang sudah seharusnya gigih, tak menyerah, dan pantang mundur. Sayangnya, bukan sebagai wakil rakyat dalam memperjuangkan kepentingan ratusan juta rakyat di republik ini, melainkan lebih mengurus kepentingan sendiri. Kegigihan DPR antara lain terlihat lewat ngototnya rencana pembangunan gedung baru DPR. Ini adalah proyek lama. Setiap mencuat ke publik, selalu muncul penolakan masif.

Tahun 2010 di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua DPR Marzuki Alie, rencana gedung baru DPR telah bikin gaduh. Kala itu anggaran pembangunan gedung baru senilai Rp 1,1 triliun.

Sampai-sampai ada yang membandingkan, jika untuk rumah sederhana kira-kira dapat ribuan unit rumah yang sangat dibutuhkan rakyat agar terlindung dari terik matahari dan dinginnya malam. Jadi, bisa dimengerti bila rakyat marah. Rencana gedung baru pun batal.

Namun, DPR tidak menyerah. Apalagi, sesuai rencana gedung baru itu akan tampil mewah. Nanti akan ada alun-alun demokrasi, tempat rakyat berdemonstrasi menyampaikan aspirasi; museum; perpustakaan; hingga tempat olahraga dan relaksasi. Maka DPR pun mencari solusi untuk pendanaan pembangunan gedung baru yaitu melalui dana optimalisasi.

Dana tersebut adalah dana penghematan dari program-program kerja lembaga negara yang kemudian bisa menjadi dana cadangan risiko fiskal. Dana ini sebagai tambahan dana untuk sejumlah lembaga atau kementerian guna mendukung dana operasional pembangunan.

Tahun 2014, dana operasional sebesar Rp 27 triliun. Lewat dana operasional, DPR mengharapkan pembangunan gedung baru dilakukan secara bertahap dalam beberapa tahun. Total dana pembangunan gedung baru sekitar Rp 2,7 triliun. Untuk anggaran tahun 2016, anggaran proyek gedung baru itu diajukan Rp 600-Rp 700 miliar.

Dalam proyek gedung baru kali ini, yang lebih mencuat ke permukaan adalah rencana pembangunan perpustakaan besar. Tidak tanggung-tanggung, perpustakaan di DPR itu akan memecahkan rekor perpustakaan umum terbesar di Asia Tenggara.

Rencana itu boleh dikata luar biasa. Bukan saja untuk kategori gedung fisik, tetapi tampaknya DPR berupaya untuk menuju sebagai komunitas intelektual.

Tak heran pula sejumlah cendekiawan dan budayawan bertemu Ketua DPR Ade Komarudin pada Selasa (22/3/2016) lalu, antara lain Ignas Kleden, Nirwan Dewanto, Ayu Utami, dan lain-lain. Tak ragu lagi, mereka adalah orang-orang yang sangat menaruh perhatian pada program pencerdasan bangsa, sehingga perpustakaan lengkap menjadi perhatian mereka.

Perpustakaan memang sangat penting. Terlebih lagi untuk para anggota DPR. Mereka bisa menggunakan fasilitas perpustakaan dalam meriset dan mengoptimalkan data sehingga keputusan atau sikap DPR bisa lebih tepat, relevan, berbasis data, dan bisa dipertanggungjawab.Tidak lagi hanya mengandalkan data minim atau pikiran common sense

Persoalannya apakah perpustakaan terbesar itu krusial bagi DPR sekarang ini? Apakah anggota DPR sudah benar-benar melek perpustakaan lengkap dalam mendukung kerja mereka? Inilah yang jadi tanda tanya besar.

Terlebih lagi, perpustakaan bukan tidak ada di DPR. Koleksinya pun bukan sekadar ada. Perpustakaan di Gedung Nusantara II itu memiliki koleksi 105.381 eksemplar. Ada buku, majalah, surat kabar, serta arsip-arsip tua peninggalan Belanda.

Namun, runyamnya perpustakaan yang menyimpan ribuan koleksi terbitan dalam maupun luar negeri tersebut cenderung sepi (Kompas, 27/3/2016). Anggota DPR yang berkunjung, apalagi benar-benar memanfaatkan, ke perpustakaan itu terbilang minim.

Pengunjung yang sering ke perpustakaan adalah peneliti dan analis Pusat Pengkajian dan Pengolahan Data Informasi (P3DI) DPR. Memang anggota DPR punya alasan, seperti disampaikan Arsul Sani (PPP) bahwa telah mendapatkan referensi yang cukup lewat perpustakaan online.

Barangkali memang banyak anggota DPR yang memanfaatkan teknologi sekarang yang cukup browsing atau googling, tidak perlu lagi datang ke perpustakaan. Namun, kalau yang terjadi sebaliknya, misalnya justru banyak anggota DPR yang tidak melakukannya (via internet), apalagi mau datang ke perpustakaan, bukankah perpustakaan terbesar itu akan menjadi sia-sia.

Karena itu, lebih baik tentukan skala prioritas. Masih banyak urusan yang harus dituntaskan DPR untuk mengurus kepentingan dasar rakyat, semisal kebutuhan pangan dan papan. Jangan gunakan dalih atau berlindung di balik perpustakaan demi proyek gedung baru, kecuali benar-benar bermanfaat. Kalau karakter anggota DPR belum melek perpustakaan dan belum menjadikan data sebagai kebutuhan kerja, proyek ini hanya akan memperpuruk citra buruk DPR saja.

Serangoon, 26 Maret 2016

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Nasional
PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

Nasional
Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Nasional
Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com