JAKARTA, KOMPAS.com - Para pengusaha taksi konvensional diminta menyesuaikan layanan transportasinya dengan aplikasi digital berbasis internet.
Kemudahan dan fasilitas yang disajikan dalam aplikasi digital dinilai menentukan pilihan pengguna transportasi publik.
"Transportasi berbasis aplikasi digital jauh lebih sederhana. Jadi kenapa yang lain tidak menyesuaikan diri, apalagi pertumbuhan pengguna smartphone tak bisa dibendung," ujar pelaku usaha digital, Naufal Firman Yursak, dalam disksusi di Menteng, Jakarta, Sabtu (26/3/2016).
Pangamat teknologi dan ekonomi digital Fami Fahruddin memberikan beberapa contoh, mengapa layanan transportasi berbasis aplikasi digital lebih disukai publik.
Misalnya, aplikasi digital memberikan informasi instan secara utuh. Aplikasi yang dapat diakses melalui ponsel dapat memantau berapa lama pengemudi akan tiba.
Selain itu, harga yang dikenakan juga lebih pasti dan dapat diketahui sebelum memesan layanan transportasi.
Komisaris Utama Balai Pustaka Hamid Basyaib mengatakan, layanan aplikasi digital juga dapat mencegah terjadinya aksi kriminalitas terhadap pengguna transportasi publik.
Sebab, identitas pengemudi dan data kendaraan tercatat di operator. Bahkan, pengguna jasa dapat mengetahui identitas pengemudi.
Para pengamat menilai bahwa penggunaan aplikasi digital tidak mungkin untuk dihentikan.
Perubahan sistem aspek ekonomi dari konvensional ke digital merupakan dampak perkembangan teknologi yang harus dihadapi.
Persoalan antara pengemudi taksi konvensional dan layanan transportasi berbasis aplikasi digital dinilai sebagai ketidakmampuan beradaptasi terhadap perkembangan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.