JAKARTA, KOMPAS.com - Citra Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Januari 2016 meningkat cukup tinggi sebesar 11 persen dibandingkan survei yang dilakukan Litbang Kompas pada Oktober 2015. Kini, sebanyak 84,4 persen responden menyatakan citra Jokowi baik.
Citra pemerintahan juga meningkat 10 persen dibandingkan pada Oktober 2015. Sebanyak 72 persen responden menganggap citra pemerintah saat ini cukup baik.
Jika ditelisik satu per satu, apresiasi responden terhadap kerja pemerintah sebenarnya tetap dibandingkan survei sebelumnya. Bahkan, sebagian menunjukkan gejala penurunan kepuasan.
Secara umum, bidang politik dan kesejahteraan sosial diapresiasi relatif lebih tinggi dibandingkan bidang ekonomi dan hukum. Perbedaan penilaian publik terhadap citra presiden dan pemerintah bukan baru kali ini saja.
Hal serupa juga dialami pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Kesamaan antara era Jokowi dan SBY adalah kemampuan keduanya dalam membangun jarak dari masalah yang terjadi dengan figurnya.
Namun, agak berbeda dengan era SBY yang banyak ditopang oleh pencitraan personal, era Jokowi lebih ditopang oleh format komunikasi politik yang populis dengan memanfaatkan berbagai media.
Jokowi mengomunikasikan program-program pembangunan secara konsisten, berkesinambungan, dan berwujud, antara lain, berbagai proyek infrastruktur masif.
Demikian pula dalam setiap momen penting, seperti bencana alam atau kecelakaan transportasi, Presiden Jokowi selalu memberi sinyal bahwa negara bekerja dan hadir pada saat-saat kritis.
Kehadiran Presiden di lokasi kebakaran hutan di Sumatera, pasar tradisional, Bursa Efek Indonesia, hingga di Jalan MH Thamrin pasca aksi teror mengirim pesan simbolis yang kuat akan kehadiran negara.
Selanjutnya: Ekonomi tertatih, politik mencair