Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napi Terorisme Kerap Bungkam Saat Ditanya Polisi karena Takut Dosa

Kompas.com - 02/02/2016, 23:14 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Terorisme yang juga mantan anggota Jemaah Islamiyah, Nasir Abbas, menceritakan pengalaman saat berkunjung ke lapas narapidana terorisme.

Salah seorang napi terorisme sempat melontarkan pertanyaan kepadanya. "Bang, dosa enggak kita menjawab pertanyaan polisi?" ujar Nasir menirukan pertanyaan napi tersebut dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Selasa (2/2/2016).

Nasir sempat kebingungan menerima pertanyaan itu. Ternyata, kata dia, para napi terorisme tersebut seringkali tak kooperatif saat ditanya polisi karena mereka takut berdosa.

Pasalnya, mereka menilai, polisi adalah kafir sehingga jika menjawab pertanyaan, apalagi memberikan informasi penting kepada polisi, termasuk perbuatan dosa.

"Itu yang membuat mereka tidak mau bicara," kata Nasir.

Ia pun memberikan nasihat kepada napi tersebut bahwa segala sesuatu tergantung niatnya. Jika memberikan informasi dengan niat baik, katanya, maka mereka justru akan menerima pahala.

Misalnya untuk mencegah rekan-rekannya tak lagi membuat bom. Kecuali, jika informasi yang dibocorkan tersebut mencelakakan orang.

"Itulah keyakinan yang perlu kita pecahkan kepada mereka bahwa membantu polisi untuk menghetikan aksi bom adalah aksi yang baik bukan untuk mencelakakan orang," imbuhnya.

Nasir juga menceritakan bawa ada sejumlah napi terorisme yang salah dalam menafsirkan salah satu ayat Al Quran. Salah satunya surat Al Anfal ayat 60.

Adapun bunyi ayat tersebut adalah "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berpegang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya."

"Oleh Departemen Agama diterjemahkan "menggetarkan" tetapi oleh mereka diterjemahkan "meneror".

Jadi, kata mereka, Allah perintahkan untuk meneror, makanya mereka bangga," paparnya.

Nasir menambahkan, itulah pentingnya deradikalisasi. Pasalnya, deradikalisasi menurut dia adalah komunikasi. Cara tersebut dinilai lebih efektif ketimbang hukuman kurungan seumur hidup.

"Deradikalisasi adalah komunikasi. Membangun komunikasi. Bukan membuat mereka jera dengan penjara seumur hidup, belum tentu, tetapi tanpa ada komunikasi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com