Meski dicap sesat di sejumlah daerah, lanjut Benny, kelompok Gafatar ini tetap harus diajak berdialog dan diberikan pembinaan khusus untuk mengajaknya ke jalan yang benar.
"Perlu proses pembinaan yang harus dilakukan institusi-institusi yang berwenang. Pendekatannya yakni dengan cara dialog," tutur Benny dalam konferensi pers di Kantor GP Ansor Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (20/1/2016).
(Baca: Bupati Mempawah Menangis Saksikan Permukiman Eks Gafatar Dibakar)
Adapun terkait pandangan bahwa kelompok tersebut berbahaya, kata Benny, perlu dikaji kembali dari sudut pandang agama dan keyakinan. Ia menambahkan, kalaupun dianggap berbahaya, masyarakat tak perlu menyikapinya dengan kekerasan.
"Kita selalu menghindari itu. NU tidak akan menghadapi masalah-masalah sosial, keyakinan yang bersinggungan langsung dengan masyarakat lewat cara-cara anarkis," ujarnya.
Sebelumnya, terjadi pembakaran pemukiman warga eks Gafatar di Moton Panjang, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat pada, Selasa (19/1/2016).
(Baca: Mantan Jubir Gafatar: Apa Salah Kami?)
Aksi pembakaran itu seolah menjadi akhir dari serentetan penolakan masyarakat terhadap warga eks Gafatar di Kabupaten Mempawah sejak pekan lalu. Warga eks Gafatar ini berjumlah sekitar 700 jiwa dan menolak dengan tegas untuk pergi.
Ratusan warga sejak Senin sore mendatangi Kantor Bupati Mempawah menuntut agar para eks Gafatar itu untuk tidak lagi menetap di Mempawah.
Sempat berlangsung negosiasi antara enam unsur perwakilan eks Gafatar dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Mempawah.
(Baca: Evakuasi Eks Anggota Gafatar di Mempawah Gunakan Kapal Perang TNI)
Pertemuan tertutup itu membahas tentang tuntutan warga serta opsi yang diberikan kepada para eks Gafatar yang kini membentuk kelompok tani di Mempawah.
Massa terus berkumpul dan jumlahnya semakin banyak di halaman Kantor Bupati Mempawah. Mereka menolak kehadiran kelompok yang kini aktif di bidang pertanian itu.