Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setya Novanto Banyak Jawab "Tidak Tahu, Lupa" Saat Ditanya di MKD

Kompas.com - 08/12/2015, 09:41 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemeriksaan Ketua DPR Setya Novanto oleh Mahkamah Kehormatan Dewan pada Senin (7/12/2015) siang, terkait dugaan pelanggaran kode etik, berlangsung hanya sekitar empat jam.

Pemeriksaan berlangsung relatif singkat karena Setya Novanto banyak menjawab tidak tahu dan tidak mau berkomentar saat dicecar internal MKD soal dugaan dirinya meminta saham PT Freeport dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

"Jawabannya, 'saya tidak tahu, saya lupa. Saya mohon maaf tidak pada tempatnya menjawab'. Ya bagaimana?" kata anggota MKD dari Fraksi Partai Amanat Nasional Sukiman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (7/12/2015).

Sukiman mengaku dirinya dan mayoritas anggota MKD lain mencecar soal benar atau tidaknya pertemuan ketiga yang dilakukan Novanto dengan pengusaha minyak Riza Chalid dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin, 8 Juni 2015.

Dia juga mengaku menanyakan mengenai adanya dugaan permintaan saham yang disebut akan dibagikan 11 persen ke Jokowi dan 9 persen ke Jusuf Kalla. Namun, Novanto bergeming. (baca: Akbar: Presiden-Wapres Akan Laporkan Novanto ke Polisi)

"Sudah didalami semua. Jawabnya hanya 'lupa dan tidak tahu', tapi bagaimanapun itu hak dia," kata Sukiman.

Hal serupa juga disampaikan oleh anggota MKD dari Fraksi PDI-P Marsiaman Saragih. Menurut dia, Novanto banyak menjawab tidak tahu dan tidak mau berkomentar karena menganggap rekaman tersebut ilegal. (baca: Presiden Jokowi Sudah Menahan Amarah ke Setya Novanto sejak Pagi)

"Saat ditanya, dia selalu berargumen rekaman itu ilegal. Menjawabnya itu tenang sekali seperti sudah latihan lah," ucap Marsiaman. (Baca: Jokowi: Tak Apa Saya Dibilang "Koppig", tapi Kalau Sudah Meminta Saham, Tak Bisa!)

Novanto mulai diperiksa kemarin sekitar pukul 14.00 WIB. Novanto menjawab tuduhan dengan membaca keterangan yang sudah disusun dalam 12 halaman.

Rapat diskors sekitar pukul 15.15 WIB. Rapat dimulai kembali pukul 16.15 WIB dan selesai sekitar dua jam kemudian. (baca: Sidang Tertutup yang Ditutup-Tutupi...)

Pemeriksaan ini berbeda dengan dua sidang sebelumnya, saat MKD memeriksa Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said sebagai pelapor dan Maroef sebagai saksi kunci.

Pemeriksaan keduanya berlangsung terbuka. Pemeriksaan Sudirman kelar pukul 22.00 WIB dan pemeriksaan Maroef selesai hingga tengah malam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com