JAKARTA, KOMPAS.com - Dio Eka Saputro, bocah 13 tahun di Lumajang Jawa Timur sabtu pagi 26 September menjadi saksi penyiksaan sadis dan beringas yang dialami ayahnya hingga tewas, dan teronggok di jalan desa Selok Awar-awar.
Salim Kancil, ayah Dio tewas mengenaskan sementara satu rekannya Tosan hingga kini masih dirawat karena terluka parah. Keduanya dikeroyok puluhan warga desa yang tak senang pada Salim dan Tosan yang teguh memprotes tambang liar di desanya setahun terakhir. Salim tewas di depan mata Dio, murid TK dan warga lain yang tak berdaya kala itu.
Seminggu sebelum peristiwa berdarah Lumajang terjadi, Salim Kancil dan Tosan melalui Forum Petani Anti–Tambang Desa Selok Awar-awar menyurati polisi hendak menggelar aksi protes tambang pasir liar. Surat protes pun, bahkan pernah dilayangkan Salim dan kawan-kawan kepada Bupati Lumajang yang tidak pernah disahuti.
Bukannya mendapat perlindungan sebagaimana hak warga yang dijamin undang-undang, semua pihak seakan baru bereaksi setelah nyawa melayang.
Tebang pilih penegakan hukum, ditambah praktik korup aparat kembali menelan korban. Hukum rimba, mengancam keselamatan warga biasa seperti Salim Kancil, Tosan, atau bisa jadi kita semua.
Saksikan SATU MEJA dalam episode "CUKUP SALIM KANCIL!" yang akan ditayangkan secara LIVE malam ini, Selasa (6/10/2015), pukul 22.00 WIB. Acara ini akan dipandu oleh Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo, di
KompasTV. (
Oktovianus Tonapa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.