"Cuma sedikit yang kami sepekati untuk solusi agar tidak sama dengan di Senayan. Pertama, apabila ada pasal yang belum disepakati dalam muktamar tentang pemilihan rais aam, tak bisa melalui musyawarah mufakat, maka akan dilakukan pemungutan suara oleh para rais syuriah," ujarnya.
Tangisan dan ketegasan Gus Mus sebagai ulama sepuh NU akhirnya menyelesaikan semua kegaduhan muktamar. "Kalau nanti Anda-Anda tidak bisa disatukan lagi, maka saya dengan para kiai memberikan solusi, kalau bisa musyawarah, kalau tak bisa pemungutan suara. Itu AD/ART kita. Karena ini urusan pemilihan rais aam, maka kiai- kiai akan memilih pemimpin kiai," katanya.
Setelah Gus Mus selesai bicara, pemimpin sidang menyerukan kepada muktamirin, apakah setuju dengan penyelesaian tersebut. Semua menyatakan setuju. Tak ada lagi perbedaan dan kegaduhan. Kali ini, suara shalawat muktamirin yang bersahutan. (KHAERUDIN/ANTONY LEE)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Agustus 2015, di halaman 4 dengan judul "Tangisan Gus Mus yang Menyadarkan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.