Gus Mus melanjutkan, "Tapi, senyampang itu, saya mempunyai jabatan, Pejabat Sementara Rais Aam, dengarkan saya sebagai pemimpin tertinggi Anda. Kalau tidak, lupakan omongan saya."
Sembari terisak, Gus Mus berkata, "Kalau perlu saya menciumi kaki-kaki sampean semua. Saya akan mencium kaki-kaki Anda semua, agar Anda memperlihatkan akhlak jamiyah Nahdlatul Ulama, akhlaknya Kiai Hasyim Asy'ari."
Hampir semua muktamirin ikut menangis. Mereka seperti merasa bersalah tak menghormati kiai-kiai sepuh. Kegaduhan saat muktamar seperti tak menghormati wibawa kiai-kiai sepuh tersebut.
Mekanisme pemilihan
Minggu (2/8) malam, muktamar memang riuh karena peserta gaduh. Terbelah sikapnya saat membahas tata tertib muktamar. Pangkal persoalannya adalah pembahasan mekanisme pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum PBNU. Draf tata tertib menyebutkan, pemilihan rais aam dan ketua umum dilakukan melalui sistem perwakilan ahlul halli wa aqdi (AHWA). Peserta diminta mengusulkan sejumlah nama kiai untuk dipilih menjadi sembilan anggota AHWA. Nantinya AHWA yang akan memilih rais aam, pemimpin tertinggi jemaah NU.
Sebagian peserta menolak sistem AHWA. Penolakan bahkan terjadi sejak registrasi peserta muktamar. Panitia sempat mensyaratkan muktamirin mengusulkan 9 nama AHWA untuk dapat memperoleh kartu peserta resmi.
Perbedaan ini berlanjut sampai pembahasan tata tertib. Jadwal muktamar pun molor. Pembahasan tata tertib yang semestinya dilakukan setelah Presiden Joko Widodo membuka muktamar pada Sabtu malam terpaksa ditunda karena persoalan registrasi peserta belum selesai.
Ketika akhirnya pembahasan tata tertib dilakukan pada Minggu siang, perbedaan pendapat antara muktamirin yang setuju AHWA dan yang menolak membuat sidang pembahasan tata tertib mengalami kebuntuan (deadlock) pada malam harinya. Sidang diputuskan ditunda hingga Senin. Namun, hingga Senin siang tak ada tanda-tanda pembahasan tata tertib dilanjutkan.
Senin siang itu, Gus Mus menggelar pertemuan dengan sejumlah kiai sepuh NU dari seluruh Indonesia di Pendopo Kabupaten Jombang. Hasil musyawarah para kiai sepuh inilah yang disampaikan Gus Mus saat sidang pembahasan tata tertib mulai dilanjutkan pukul 14.30.
Gus Mus bercerita, dalam pertemuan bersama kiai-kiai sepuh itulah, mereka prihatin dengan kegaduhan muktamar. Dia mengingatkan, memang tak banyak solusi yang disepakati. Namun, sidang-sidang dalam muktamar NU jangan sampai seperti sidang di DPR.