"KPK dibangun dengan susah payah, jangan sampai runtuh hanya gara-gara gesture pimpinan KPK saat di hadapan media," ujar Yenti saat ditemui di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (26/6/2015).
Menurut Yenti, cara berkomunikasi dan gesture yang salah dari para pimpinan KPK bisa jadi memengaruhi cara pandang orang lain sehingga menjadi negatif dan menimbulkan kebencian. [Baca: Pendapat Pansel soal Keterwakilan Polri dan Kejaksaan di Komposisi Pimpinan KPK]
Misalnya, sebut Yenti, saat mengumumkan penetapan tersangka, atau hal-hal yang dianggap sensitif, pimpinan KPK dituntut untuk menyampaikan informasi dengan obyektif tanpa terkesan adanya suatu sikap diskriminatif.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Yenti mengatakan, Pansel KPK akan melibatkan psikolog dalam menyeleksi calon-calon pimpinan KPK.
Beberapa tahapan seleksi juga diutamakan untuk mengetahui kepribadian dan karakter individu masing-masing calon.
"Nantinya peserta seleksi juga akan diminta untuk mendeskripsikan diri mereka sendiri. Pimpinan KPK memang harus berani, tetapi gesture dan kepribadian juga harus disesuaikan," kata Yenti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.