Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Sayap Dua Muktamar

Kompas.com - 30/03/2015, 15:05 WIB


Oleh: Hajriyanto Y Thohari

JAKARTA, KOMPAS - Dua organisasi massa besar dan tua, kalau bukannya yang terbesar dan tertua, Muhammadiyah (lahir 1912: 103 tahun) dan Nahdlatul Ulama (lahir 1926: 89 tahun), akan menggelar muktamar pada 2015.

Muktamar Ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) akan berlangsung 16-21 Syawal 1436 H (1-5 Agustus 2015) di Jombang, sementara Muktamar Ke-47 Muhammadiyah berlangsung 18-22 Syawal 1436 H (3-7 Agustus 2015) di Makassar. Usia keduanya sama, besarannya nyaris sama, keduanya bermuktamar pada tahun yang sama, bulan yang sama, dan tanggal yang juga nyaris sama. Ini sebuah truisme belaka: takdir sejarah yang insya Allah membawa berkah.

Tema muktamar keduanya juga nyaris sama: NU "Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia", Muhammadiyah "Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan". Sebuah kemiripan yang juga truisme belaka: menggambarkan wilayah kepedulian yang mengatasi dan melintasi golongan, suku, etnis, dan agama. Kepedulian yang sudah pada level kebangsaan dan kemanusiaan universal.

Umat Islam, pemerintah, media, dan bangsa Indonesia menyambut antusiasme muktamar akbar ini. Apalagi mereka yang menyadari betapa besar peran kedua ormas ini dalam pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila ini. Sebagai arus utama (mainstream) Islam Indonesia, pendiriannya bahwa NKRI merupakan bentuk final dari cita-cita bernegara bukan hanya memberikan jaminan tetap tegaknya Pancasila, melainkan juga menenteramkan semua pihak. Ini saja sudah merupakan sumbangsih kaum nahdliyin dan muhammadiyin yang tiada ternilai harganya.

Dengan kematangan dalam berislam yang moderat dan toleran, serta pandangan kenegaraannya yang nasionalis dan patriotis, keduanya menjadi jangkar utama bangsa yang majemuk ini. Para pemimpin keduanya boleh datang dan pergi secara silih berganti, tetapi mereka selalu merupakan tokoh-tokoh bangsa yang mengutamakan negara di atas golongan. Sungguh tak terbayangkan bagaimana wajah Islam Indonesia jika bangsa ini tak memiliki NU dan Muhammadiyah. Meski mungkin saja tetap ditakdirkan menjadi negara yang mayoritas Muslim, besar kemungkinan Indonesia secara ideologi dan politik akan berkembang menjadi seperti yang terjadi di beberapa negara lain yang kaotik dan konfliktual.

Memang harus diakui masih ada persoalan mengenai hubungan antara Islam dan negara, tetapi berkat kedua gerakan Islam moderat dan nasionalistis ini, persoalan tersebut dapat dikelola secara lebih dingin dan tenang, jauh dari pergolakan.

Laksana dua sayap

Sebagai kekuatan masyarakat madani, Muhammadiyah dan NU juga merupakan tulang punggung proses demokratisasi Indonesia. Dalam konteks ini, negara harus menahan diri untuk tidak menarik (absorb) keduanya ke dalam negara. Keduanya harus dipertahankan seperti sekarang ini, sebagai reservasi sosial politik (socio-political reservoir) yang terus memosisikan dirinya sebagai perantara (broker) antara negara dan masyarakat. Negara jangan terlalu kuat di hadapan rakyat yang lemah, dan rakyat jangan terlalu kuat di hadapan negara yang lemah. Negara yang terlalu kuat akan cenderung otoriter dan totaliter, sementara rakyat yang terlalu kuat di hadapan negara yang lemah akan menjerembabkan anarkisme.

Maka, tidak berlebihan kalau mendiang Nurcholish Madjid mengibaratkan jika umat Islam Indonesia, bahkan Indonesia itu sendiri, seekor burung garuda, maka Muhammadiyah dan NU adalah kedua sayapnya.

Tatkala keduanya mengepak secara kompak, umat dan bangsa ini akan dibawanya terbang membelah angkasa menerjang badai menggapai cita-cita nasional, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Selama satu abad, Muhammadiyah dan NU dengan setia mengawal perjalanan bangsa mencapai tujuan nasional sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 itu. Pasalnya, tujuan tersebut sejatinya berimpitan secara organis dengan tujuan keduanya sejak didirikan oleh KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari, yaitu "menegakkan kalimah Allah" (li i’lai kalimatillah hiya l-'ulya) demi mewujudkan "kejayaan Islam dan umat Islam" (izzu ’l-Islam wa 'l-muslimin) sebagai "kasih sayang bagi seluruh alam" (rahmatan li 'l-'alamien) tanpa membedakan suku, etnis, dan agama.

Luar biasa mulia, luar biasa berat. Bagi keduanya, apa yang disebut umat, rakyat, penduduk, atau warga negara, pada hakikatnya merupakan entitas yang identik dan sama: bangsa Indonesia.

Tak versus, tak "vis a vis"

Saya optimistis terhadap masa depan relasi kedua gerakan Islam ini. Memang, dalam beberapa hal ada perbedaan pemahaman dalam berislam di antara keduanya, tetapi tidak ada sikap penyesatan teologis, apalagi permusuhan di sana. Sebab, keduanya memahami betul mengapa perbedaan itu terjadi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Cegah Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Ke Luar Negeri

KPK Cegah Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Ke Luar Negeri

Nasional
KPK Perpanjang Masa Penahanan Dua Eks Anak Buah Gus Muhdlor

KPK Perpanjang Masa Penahanan Dua Eks Anak Buah Gus Muhdlor

Nasional
Gelar Peninjauan di Pelabuhan Panjang dan Bakauheni, Jasa Raharja Pastikan Kelancaran Arus Balik di Wilayah Lampung

Gelar Peninjauan di Pelabuhan Panjang dan Bakauheni, Jasa Raharja Pastikan Kelancaran Arus Balik di Wilayah Lampung

Nasional
Urgensi Politik Gagasan pada Pilkada 2024

Urgensi Politik Gagasan pada Pilkada 2024

Nasional
Bersama Menko PMK dan Menhub, Dirut Jasa Raharja Lepas Arus Balik “One Way” Tol Kalikangkung

Bersama Menko PMK dan Menhub, Dirut Jasa Raharja Lepas Arus Balik “One Way” Tol Kalikangkung

Nasional
Seluruh Korban Kecelakaan di Km 58 Tol Japek Teridentifikasi, Jasa Raharja  Serahkan Santunan kepada Ahli Waris

Seluruh Korban Kecelakaan di Km 58 Tol Japek Teridentifikasi, Jasa Raharja Serahkan Santunan kepada Ahli Waris

Nasional
Jadi Tersangka, Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Diduga Dapat Jatah Potongan Insentif ASN

Jadi Tersangka, Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Diduga Dapat Jatah Potongan Insentif ASN

Nasional
Bawaslu Buka Kans Evaluasi Panwas yang Tak Becus Jelang Pilkada

Bawaslu Buka Kans Evaluasi Panwas yang Tak Becus Jelang Pilkada

Nasional
Rahmat Bagja Sebut Bawaslu Kemungkinan Pindah Terakhir ke IKN

Rahmat Bagja Sebut Bawaslu Kemungkinan Pindah Terakhir ke IKN

Nasional
Bawaslu Bersiap Hadapi Sengketa Pileg

Bawaslu Bersiap Hadapi Sengketa Pileg

Nasional
Karutan KPK Lawan Penetapan Tersangka Kasus Pungli, Singgung Praperadilan Eddy Hiariej

Karutan KPK Lawan Penetapan Tersangka Kasus Pungli, Singgung Praperadilan Eddy Hiariej

Nasional
7 Poin Kesimpulan Kubu Anies-Muhaimin, di Antaranya Pengkhianatan Konstitusi dan Nepotisme

7 Poin Kesimpulan Kubu Anies-Muhaimin, di Antaranya Pengkhianatan Konstitusi dan Nepotisme

Nasional
'One Way' Dihentikan, Km 414 Tol Kalikangkung hingga Km 72 Tol Jakarta Cikampek Normal 2 Arah

"One Way" Dihentikan, Km 414 Tol Kalikangkung hingga Km 72 Tol Jakarta Cikampek Normal 2 Arah

Nasional
Kemenag Terbitkan Edaran Minta Penghulu dan Penyuluh Agama Dukung 4 Program Prioritas Pemerintah

Kemenag Terbitkan Edaran Minta Penghulu dan Penyuluh Agama Dukung 4 Program Prioritas Pemerintah

Nasional
KPK Tetapkan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Tersangka Dugaan Korupsi

KPK Tetapkan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Tersangka Dugaan Korupsi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com