Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Dideportasi dari Turki, 12 WNI yang Diduga Pengikut ISIS Akan Dibina

Kompas.com - 26/03/2015, 16:03 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Sebuah program pembinaan atau deradikalisasi telah disiapkan bagi 12 warga negara Indonesia diduga pengikut Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Sesuai rencana, mereka akan dideportasi ke tanah air dari Turki.

"Mereka akan dibina, masuk di dalam program deradikalisasi yang telah kami siapkan," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Rikwanto di kantornya, Kamis (26/3/2015).

Program tersebut, kata Rikwanto, melibatkan sejumlah pihak, antara lain Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), sejumlah ulama dan pemerintah provinsi di mana 12 WNI tersebut berdomisili.

Apalagi, lanjut Rikwanto, dari 12 WNI yang akan dideportasi didominasi oleh anak-anak. Program deradikalisasi tersebut diharapkan dapat memulihkan pemahaman anak-anak tersebut terkait kelompok radikal dan agama.

"Mereka akan dikembalikan pemahamannya ke nilai Pancasila. Sebisa mungkin mereka tak kembali masuk kelompok ISIS ke depannya," ujar dia.

Soal waktu deportasi itu sendiri, Kepala Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Anton Charliyan mengatakan, dalam dua atau tiga hari ke depan, mereka akan dipulangkan ke tanah air. Anton mengatakan, tim gabungan perwakilan pemerintah Indonesia yang diberangkatkan ke Turki hanya bisa membawa pulang 12 orang saja. Sebab, empat orang sisanya tersangkut persoalan keimigrasian di pemerintah Turki. Ini menyebabkan mereka diperiksa lebih lama di sana.

Pemerintah Turki menahan sebanyak 16 warga negara Indonesia pada Januari 2015 lalu. Mereka ditahan karena hendak menyeberang ke Suriah melewati jalur yang kerap digunakan simpatisan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).

Berikut 16 nama WNI tersebut:
1. Ririn Andrian Sawir
2. Qorin Munadiyatul Haq
3. Nayla Syahidiyah
4. Jauza Firdaus Nuzula
5. Ikrimah Waliturohman
6. Alya Nur Islam
7. Agha Rustam Rohmatulloh
8. Abdurahman Umarov.

Berdasarkan catatan Kepolisian, Ririn adalah istri Achsanul Huda, terduga teroris asal Jawa Timur yang dikabarkan meninggal dunia di Suriah, awal 2015. Sementara Qorin hingga Abdurahman merupakan anak dari Achsanul dengan Ririn.

9. Tiara Nurmayanti Marlekan
10. Syifa Hidayah Kalashnikova

Masih berdasarkan catatan kepolisian, Tiara adalah istri Muhammad Hidayah, terduga teroris yang meninggal dunia di Tulungagung, Jawa Timur. Adapun, Syifa sendiri adalah anak kandung mereka.

11. Daeng Stanzah
12. Ifah Syarifah
13. Ishaq
14. Asiyah Mujahidah
15. Aisyahnaz Yasmin
16. Muhammad Ihsan Rais.

Daeng Stanzah dan Ifah diketahui merupakan pasangan suami istri. Adapun, Ishaq dan Asiyah merupakan anak kandung mereka. Sementara Aisyahnaz dan Ihsan tak memiliki hubungan kekerabatan apapun dengan lainnya. Namun Stanzah, Aisyahnaz dan Ihsan sama-sama berasal dari Ciamis, Jawa Barat.

Belum diketahui dari keenambelas WNI itu, siapa saja yang masih akan ditahan otoritas Turki dan siapa yang akan dideportasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com